Mengungkap Hilangnya Keraton Kerajaan Galuh

0
210

ETNOGRAFI.id: Kajian ini tertuju pada daerah Kawali, Kabupaten Ciamis. Karena Kawali diketahui sebagai ibu kota Kerajaan Sunda Galuh sejak masa Prabu Ajiguna Linggawisesa (1333-1340 M) yang berpindah dari Parahyangan Timur Tatar Pasundan abad ke 14 hingga masa pemerintahan Maha Praburesi Niskala Wastu Kancana (1371-1475) M.

Pada masa pemerintahannya, ibukota Kerajaan Sunda Galuh beralih dari Pakuan (Bogor) ke Kawali (Ciamis) kota ini makin mendesak kedudukan Galuh di desa Karang Kamulyan Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis Jawa Barat tempat pertama kali pusat pemerintahan [Kerajaan Galuh] didirikan oleh Raja Wretikandayun 612- 702 M, dan Saunggalah (sekarang Kabupaten Kuningan).

Lokasinya berada di tengah segitiga Galunggung, Saunggalah dan Galuh. Saat ini secara administratif bekas kota Kawali merupakan daerah dalam Kabupaten Ciamis. Bisa disebut bahwa tahun 1333-1482 adalah zaman Kawali dalam sejarah pemerintahan di Jawa Barat dan mengenal lima orang raja atau hampir satu setengah abad lebih.

Telah dikemukakan bahwa keturunan Manarah yang laki-laki terputus sehingga pada tahun 852 tahta Galuh jatuh kepada keturunan Banga, yaitu Rakeyan Wuwus yang beristrikan puteri keturunan Galuh.

Sebaliknya adik perempuan Rakeyan Wuwus menikah dengan putera Galuh yang kemudian menggantikan kedudukan iparnya sebagai Raja Sunda IX dengan gelar Prabu Darmaraksa Buana.

Kehadiran orang Galuh sebagai Raja Sunda di Pakuan waktu itu belum dapat diterima secara umum, sama halnya dengan kehadiran Sanjaya dan Tamperan sebagai orang Sunda di Galuh. Prabu Darmaraksa (891 – 895) dibunuh oleh seorang menteri Sunda yang fanatik.

Karena peristiwa itu, tiap Raja Sunda yang baru selalu memperhitungkan tempat kedudukan yang akan dipilihnya menjadi pusat pemerintahan. Dengan demikian, pusat pemerintahan itu berpindah-pindah dari barat ke timur dan sebaliknya.

Antara tahun 895 sampai tahun 1311 kawasan Jawa Barat diramaikan sewaktu-waktu oleh iring-iringan rombongan raja baru yang pindah tempat.

Ayah Sri Jayabupati berkedudukan di Galuh, Sri Jayabupati di Pakuan, tetapi puteranya berkedudukan di Galuh lagi. Dua raja berikutnya (Raja Sunda ke-22 dan ke-23) memerintah di Pakuan.

Raja ke-24 memerintah di Galuh dan raja ke-25, yaitu Prabu Guru Darmasiksa mula-mula berkedudukan di Saunggalah, kemudian pindah ke Pakuan. Puteranya, Prabu Ragasuci, berkedudukan di Saunggalah dan dipusarakan di Taman, Ciamis.

Dalam abad ke-14 sebutan SUNDA itu sudah meliputi seluruh Jawa Barat, baik dalam pengertian wilayah maupun dalam pengertian etnik. Menurut Pustaka Paratwan i Bhumi Jawadwipa, Parwa I sarga 1, nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman untuk Ibukota kerajaan Tarumanagara yang baru didirikannya bernama Sundapura.

Idealisme kenegaraan memang terpaut di dalamnya karena Sundapura mengandung arti kota suci atau kota murni, sedangkan Galuh berarti permata atau batu mulia (secara kiasan berarti gadis).

Prasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasasti yang ditemukan di kawasan Kabuyutan Kawali, kabupaten Ciamis, Jawa Barat  terutama pada prasasti “utama” yang bertulisan paling banyak (Prasasti Kawali I). Adapun secara keseluruhan, terdapat enam prasasti. Kesemua prasasti ini menggunakan bahasa  dan aksara Sunda (Kaganga).

Dugaan Adanya Keraton Kerajaan Galuh

Meskipun tidak berisi candrasangkala  prasasti ini diperkirakan berasal dari paruh kedua abad ke-14 berdasarkan nama raja .

Dalam ekspedisi itu ditemukan susunan batu. Dugaan sementara ketika melihat Cikawali, Cikawali sendiri adalah kolam, mungkin susunan batu tersebut berupa tangga yang mengarah pada kolam Cikawali itu sendiri itu dugaan sementara kalau susunan batu tersebut menyusun seperti bentuk tangga.

Kemudian Penggalian berikutnya tidak menemukan apapun. Penggalian dilanjut sehabis jumatan, menemukan sedikit batu. Yang mencuri perhatian melihat batu di kotak sebelumnya. Ini diduga batu tersebut adalah benteng. Kemudia ada lubang dugaan sementara lubang itu adalah tiang, kemudian I kotak 14 sendiri ditemukan lubang juga dugaan sementara lubang tersebut adalah tiang lanjutan dari kotak sebelumnya.

Tulisan ini masih butuh referensi sumber lebih lanjut.

Penulis: Dian Ahmad Wibowo, Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses