Sang Kiayi dari Tanah Garut

1
176

ETNOGRAFI.id: Sosok ini tidak populis di kalangan masyarakat Garut, Jawa Barat. Tapi, perjuangan dalam membela kaum lemah menjadi kisah yang usang dari berbagai riwayat.

Pejuang Garut ini adalah seorang bangsawan yang terus menggelorakan semangat melawan penjajahan pada masanya.

Adalah Haji Hasan Arif. Pria keturunan seorang bangsawan yang tidak menyukai pemerintah Belanda. Kake H. Hasan Arif itu semula adalah seorang pegawai Pemerintah bernama Kartaningrat.

Karena tidak sepaham dengan Pemerintah Belanda, telah berhenti dari pekerjaannya dan kemudian mencurahkan perhatiannya ke lapangan pendidikan keagamaan.

Dalam buku Sutrisno Kutoyo menyebutkan dari hasil wawancara bersama H. Maulani beliau berganti nama menjadi Kartanudin dan mendirikan pesantren di Cimareme, sesudah berguru agama pada Syekh Abdul Muchji di Pesantren Pamijahan (Wawancara dengan H. Maulani).

Kartanudin berputra Tubagus Alpani, yang meneruskan membina pesantren Cimareme kemudian Kyai Tubagus Alpani Berputra Haji Hasan Arif, Kepada putranya itu Kyai Tubagus Alpani memberi amanah supaya jangan bekerja pada Pemerintah Belanda artinya jiwa non-cooparation terhadap pihak penjajah sudah ditanamkan sejak muda.

Haji Hasan Arif adalah seorang yeang mempunyai perhatian besar terhadap tetangganya dan penduduk disekitarnya, lebih-lebih kepada yang tidak mampu dan memerlukan pertolongan. Haji Hasan Arif seringkali memberikan pertolongan meskipun tanpa diminta terlebihdahulu, sebagai seorang yang berkecukupan di kampungnya.

Selain dari itu menurut keterangan dari buku Sutrisno Kutoya yang mengutip dari Repportren Haji Hasan Arif mempunyai 10 bahu sawah, dan keluarganya berjumlah dua belas.

Sikap yang menjadi tauladan itu Haji Hasan Arif lebeih suka demokrasi terhadap masyarakatnya, beliau lebih menyukai sikap berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan para pengikutnya serta masyarakat sekitarnya.

Haji Hasan Arif seorang yang mempunyai semangat demokrasi dalam berbagai kesempatan walaupun sebenarnya dapat memutuskan sendiri, namun mempunyai kesabaran yang tinggi untuk merundingkan suatu langkah bersama sahabat-sahabatnya secara musyawarah.

Dalam hal penolakannya terhadap instruksi Pemerintah kolonial untuk penyetoran padi, itupun dimusyawarhkan dengan para sahabatnya.

Haji Hasan Arif dalam hidupnya selalu merunduk kebawah, kepada masyarakat yang lemah. Beliau bersimpati kepada petani, pekerja harian pedagang kecil dan masyarakat padaumumnya yang serba lemah.

Dalam diri Haji Hasan Arif hidup keyakinan, bahwa keadaan masyarakat yang lemah dan kehidupan agama yang makin merosot itu karena makin kuatnya sestem penjajahan.

Karina itu Haji Hasan Arif secara sadar menentang sistem penjajahan itu, dan hal itu dapat dilihat dari ajaran-ajaranya jauh sebelum pecah Peristiwa Cimareme.

Tunggu artikel berikutnya tentang pecahnya Peristiwa Cimareme

Penulis: Dwiky Gustian Nugraha, Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.