Perjalanan Keroncong di Indonesia Bagian 1

1
121

 

Oleh Dian Ahmad Wibowo

ETNOGRAFI.ID: Keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara.

Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini, pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini.

Bentuk awal musik ini disebut moresco, sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya. Salah satu lagu Kusbini yang disusun kembali dikenal dengan nama Kr. Muritsku diiringi oleh alat musik dawai musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu.

Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan.

Pada sekitar abad ke-19 Keroncong bentuk musik campuran ini, sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan Keroncong berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer musik rock yang berkembang sejak 1950 dan berjayanya grup musik Beatles dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang.

Seperti diketahui bahwa Musik Keroncong masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512 yaitu pada waktu Ekspedisi Portugis pimpinan Alfonso de Albuquerque ke Malakadan Maluku tahun 1512. Tentu saja para pelaut Portugis membawa lagu jenis Fado yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab tangga nada minor karena orang Moor Arabpernah menjajah Portugis/Spanyol tahun 711 – 1492.

Lagu jenis Fado masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio Los Panchos atau Los Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat(budaya Arab) seperti Ayam Den Lapeh.

Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa (India) di Kampung Tugu dibebaskan pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC) mereka diharuskan pindah agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada tangga nada mayor.

Dalam buku Ensiklopedi Jakarta mengenai Keroncong menyebutkan bahwa asal mula ‘keroncong’ berasal dari Bahasa Portugis yakni jukulele (ukulele) dalam Bahasa Portugis disebut dengan nama croucho, yang artinya kecil (untuk menyebut ukulele sebagai gitar dengan ukuran kecil).

Keunikan Keroncong salah satunya adalah dari bunyi cak, cuk dan cello. Cak dan cuk-lah khas dari Keroncong ini dengan suara creng-crongnya, cak dan cuk pula yang merupakan evolusi dari croucho ini.

Sekitar tahun 1610 Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen mengalahkan Pangeran Jayakarta dan tahun 1621 menaklukkan Pulau Banda, tawanan-tawanan asal Pulau Banda ini adalah dijadikan budak lalu dikirim ke Kampung Tugu dan Kampung Brandan di Batavia, di kawasan itu terkenal sebagai tempat penampungan budak-budak asal Maluku dari Pulau Banda (Muhadjir, 2000, Bahasa Betawi : Sejarah dan Perkembangannya: 44).

Lagu keroncong Portugis atau Keroncong Moresco yang pertama populer di masa itu adalah Prounga. Lagu ini sangat disenangi penduduk Kampung Bandan, jenis Keroncong seperti Prounga ini akhirnya disebut sebagai Keroncong Bandan.

Prounga adalah jenis Keroncong rohani yang biasa dinyanyikan di Gereja saat itu.
Pada tahun 1673, mereka para keturunan Portugis ini berpindah ke daerah Cilincing. Di sana mereka mendirikan Gereja Tugu, sesuai nama kampungnya Kampung Tugu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.