ENOGRAFI.ID: Sosok pahlawan perempuan ini memiliki nilai kejuangan dan karismatik sehingga bisa menjadi panutan bagi kaum perempuan. Dengan keberania dirinya, di menjadi salah satu tokoh pejuang wanita yang disegani kolonialisme. Rakyat Indonesia mengenalnya Cut Nyak Dien.
Banyak orang tidak mengetahiu siapa Cut Nyak Dien. Sebelum diceritakan bagaimana kisah heroik dari pejuang perempuan ini, mari kita kenali Cut Nyak Dien dari mana dirinya berasal.
Cut Nyak Dien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Lampadang, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang ulebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatera Barat.
Machmoed Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dien merupakan keturunan dari Minangkabau.
Ibu Cut Nyak Dien adalah putri ulebalang Lampagar. Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dien adalah anak yang memiliki paras cantik. Ia memperoleh pendidikan pada bidang Agama. Ia mendapat pendidikan yang diperoleh dari orang tua ataupun guru Agama dan urusan rumah tangga seperti memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya.
Pengetahuan tentang rumah tangga seperti memasak, cara menghadapi atau melayani suami, serta hal lain tentang tata kehidupan berumah tangga didapatkan dari ibunya dan kerabat orang tua perempuan tersebut. Karena didikan tersebut, Cut Nyak Dien mempunyai sifat-sifat yang tabah, lembut dan tawakal. Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dien dan berusaha melamarnya. (Ibrahim, 1996).
Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orang tuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Amat uleebalang Lamnga XIII mukim Tungkop, Sagi XXVI mukim Aceh besar. Teuku Ibrahim anak seorang ulebalang, tetapi juga disebabkan seorang pemuda yang taat Agama Islam, berpandangan luas, seorang alim yang memperoleh pendidikan dari Dayah Bitay.
Mereka memiliki satu anak laki-laki. Pernikahan mereka dilangsungkan secara meriah, Teuku Nanta mendatangkan penyair terkenal Do Karim untuk membawakan syairnya dihadapan para undangan, syair-syair yang dibawakan mengandung ajaran-ajaran Agama yang sangat berguna bagi pegangan hidup.
Setelah Cut Nyak Dien dan Teuku Ibrahim merasa sudah cukup siap mandiri membiayai rumah tangganya, mereka pindah rumah yang telah disediakan oleh Teuku Nanta (Ibrahim, 1996).
Bagaimana keterlibtan Cut Nyak Dien dalam perang Aceh? Nantikan artikel selanjutnya.
Artikel ini disusun oleh: Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
- Apriroza Delaila
- Febby Indri Rezkyana AM
- Nora Ramadhana
- Nova Lady Simanjuntak