Perjuangan Pers Cikal Bakal Bangsa Indonesia

0
83

ETNOGRAFI.ID: Pers (Media Cetak, Online, Televisi) merupakan salah satu wadah informasi masyarakat yang mengantarkan berbagai berita, politi, hukum, sosial, pendidikan, ekonomi, bisnis dan hiburan. Pers Menurut Prof. Oemar Seno Adji, berarti penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis. Sebaliknya, pers dalam  arti luas memasukkan diasemua media mass communications yang menyampaikan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.

Pers di Indonesia memiliki perjalanan panjang. Pada masa pra kemerdekaan Pers merupakan aktivis terpelajar kaum intelektual untuk menyerukan kemerdekaan dan persatuan. Masa kini, pers adalah sebagai pilar keempat dan merupakan wadah berdemokrasi selalu berada di barisan terdepan dalam mengawal dan kepanjangan tangan dari rakyat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat terhadap pamerintahnya begitupun sebaliknya, pers bisa menjadi corong pemerintah untuk mencerdaskan masyarakat tentang pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.

Maka secara umum peranan pers sangat berpengaruh terhadap pembangunan yang membentuk peradaban manusia.
Tugas pokok fungsi media memiliki tiga peran, yakni fungsi berita, hiburan, serta kontrol sosial berjalanya pembangunan negara. Maka tak heran, pers selalu ditempatkan sebagai bagian dari indikator penting akan maju dan mundurnya pembangunan bangsa.

Dipandang dari sudut Sejarah, pers merupakan salah satu penggagas beridirinya bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda, pers pada waktu itu sebagai alat pemersatu bangsa. Tentu ini memiliki nilai besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, pers saat ini selangkah lebih maju lagi sebagai bagian dari penyeru kemerdekaan Indonesia, bahkan mengawal dan mempertahankan kemerdekaan yang bediri tegak lurus menyuarakan kepentingan rakyat dan menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa.

Semangat kebangsaan nasionalisme pers harus diberikan pada generasi bangsa, agar mereka mengenal bagaimana peran penting pers dalam kemerdekaan serta pasca kemerdekaan. Dengan itu, generasi masa akan datang bisa lebih pandai dan memiliki karakter untuk terus mengembangkan dan tumbuh mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta lebih menghargai apa yang telah dituangkan para pejuang pena di masa itu.

Pers Alat Perjuangan Bangsa

Pada awal abad ke- 20 para priyayi baru menunggakan gagasanya melalui pers (media cetak) mengenai isu-isu perubahan. Isu ini kemudian dipopulerkan dengan mengangkat isu status sosial masyarakat bumi putra dan peningkatan kehidupan di bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik. Arti dari kemajuan disini ialah merupakan suatu pencerahan dari pendidikan, perdaban, moderniasasi, dan kesuksesan hidup. Pers merupakan saran berpartisipasi dalam gerakan emansipasi, kemajuan dan pergerakan nasional.

Pada dekade itu, ditandai dengan jumlah penerbitan pertama surat kabar berbahasa melayu. Orang pertama yang aktif dalam dunia pers ialah orang indo yakni H.C.O Clockener Brousson Bintang Hindia. E.F Wigger dari Bintang Biru dan G. Francis dari Pemberitaan Betawi. Pada abad itu penerbit Thionghoa mulai bermunculan dan dijadikan suatu sasaran pertumbuhan dan perkembangan surat kabar.

Bermunculanya media cetak itu kemudian diikuti oleh sejumlah junalis Bumiputera lainya. Mereka adalah R. Tritodanudja dan R. Mohammad Jusuf. Keduanya adalah redaktur Sinar Djawa,  yang diterbitkan Honh Thaij & Co.Djojosudiro, redaktur Thahadja Timoer yang diterbitkan di Malang. Mereka adalah jurnalis Bumiputra yang telah menjadi embrio kebangsaan melalui artikel dan komentar mereka dalam surat pembaca dan mengungkapkan solidaritas diantara mereka dan para pembaca yang sebagian besar dalah kaum muda terpelajar.

Pers Penggagas Persatuan Bangsa

Embrio kebangsaan merupakan bahasa ideologisasi nasionalisme. Kenapa jurnalis Bumiputera disebut sebagai pusatnya kemajuan, makna yang ingin disampaikan, dengan berpendidikan dan menjadi kaum intelektual akan menghasilkan satu sebuah perubahan yang berdampak besar pada peradaban dunia. Semangat kaum muda terpelajar, ketika itu menjadi seorang aktivifis kemerdekaan Indonesia. Bumiputera ini merpakan cikal bakal munculnya ide berdirinya Indonesia dengan adanya sumpah pemuda Boedi Utomo.

Seiring dengan itu, adanya sebuah kemajuan dari sisi pergerakan kebudayaan, media cetak mulai masuk di beberapa kota kolonial lain, seperti Surabaya, Padang dan Semarang. Kapitalisme cetak mempermudah kaum terdidik untuk memperoleh informasi. Para pelajar di kota padangan dengan guru-guru belandan di sekolah raja (kweekscholl) bukit tinggi terutama van ophusyen ahli bahasa melayu. Ketua redaksi majalah itu adalah Dja Endar muda, seorang wartawan keturunan bulanan berbahasa batak. Tapian nauli, majalah insuilinde itu disebarkan keseluruh Sumatera dan Jawa. Majalah itu yang pertama memperkenalkan slogan kemajuan dan zaman maju.

Satu diantara artikel menarik adalah kisah kemenangan jepang. Negara kecil yang menang atas negara besar yakni tiongkok. Kemenangan jepang itu disebabkan karena jepang sudah memasuki jaman kemajuan. Maka dalam ulasanya beritanya pun mengajak para masyarakat untuk hidup dalam dunia kemajuan.

Hidup dalam dunia kemajuan disini, memiliki makna dan manfaat agar bangsa Indonesia bangkit dari sebuah keterpurukan. Sehingga, surat kabar pada masa itu bersifat provokatif untuk lebih meningkatkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia untuk bangkit dan keluar dari zona kesengsaraan akibat tertidas oleh kolonial Belanda. Maka pesan yang terkandung disetiap labirin-labirin media pada waktu itu sangat terkesan pembakar semangat yang digelorakan oleh kaum intelektual untuk bersama dan bersatu memutuskan mata rantai penjeja. Dalam tulisan pers disana mencontohkan negara kecil seperti Jepang saja mampu mengalahkan negara besar Tiongkok karena Jepang berada di era kemajuan dunia.

Selanjutnya tokoh muda dr. Abdul Rivai yang baru datang dari Belanda menganjurkan pada tokoh muda di Hindia untuk membentuk sebiah organisasi. Dalam tulisan-tulisanya dalam Bintang Hindia ia selalu memuat tentang kemajuan dan dunia maju. Rivai menggolongkan masyarakat menjadi tiga golongan, yaitu kaum kolot, kaum kuno, dan kaum muda. Menurut Rivai, kaum muda adalah orang yang senantiasa ingin mendapatkan dan terwujudnya dunia pengetahuan dan ilmu. Untuk mencapai kemajuan dan terwujudnya dunia maju, Rivai menganjurkan agar ada organisasi bernama persatuan kamu muda didirikan dengan cabang di semua kota-kota penting di Hindia.

Disinilah mulai adanya cikal bakal munculnya pergerakan kaum muda untuk mengubah situasi nasional. Dengan mendirikan persatuan kaum muda di kota-kota yang dianggap penting di Hindia. Dengan menduduki kota-kota penting di Hindia, maka gerakan perubahan berkemajuan akan sangat mengena pada jantung-jantung kota. Apalagi perkembangan pers pada saat itu menjadi corong aktivis muda menyerukan pada masyarakat agar terus mengembangkan kemampuan diri untuk sebuah harga diri sebagai pribumi.

Seorang pensiunan dokter Jawa yaitu Wahidin Soedirohoesodo tertarik dengan tulisan Rivai. Saat itu ia sebagai editor majalah berbahasa Jawa, Retnodhumillah dalam tulisan itu disarankan agar kaum lanjut usia dan kamu muda membentuk organisasi pendidikan yang bertujuan untuk memajukan masyarakat.

Gagasan Wahidin akhirnya terwujud ketika para pelajar stovia, sekolah dokter jawa, mendirikan suatu organisasi bernama Boedi Oetomo pada 2 Mei 1908. Mulai pesatnya perkembangan pers sejalan dengan bedirinya organisasi Boedi Oetomo, membuat ruh pergerakan nasional semakin menguat. Kaum intelektual tua maupun muda berada di organinasi Boedi Oetomo.

Setalah berdirinya Boedi Oetomo, beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan pribumi yakni medan Prijaji (1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama yakni Poetri Hindia (1908-1913). Seorang editornya yang dikenal yaitu R.M Tirtoadisurya memuat tentang tulisanya bawha untuk memperbaiki status dagang islam.

Kiranya perlu penaklukan organisasi kecil sehingga serikat dagang islam kemudian didirikan dan berkembang menjadi serikat islam dengan pimpinan Haji Samanhudi. Maka semangat nasionalisme tumbuh dengan dibangun melalui tulisan di media cetak. Semangat nasionalisme kemudian menjalar ke pulau Sumatera.

Gagasan untuk melawan imperalisme kolonial ditunjukan melalui surat  kabar Oetoesan Malajoe (1913). Juga kemajuan kaum perempuan yang diterbitkan dalam media cetak Soenting Malajoe yang berisi tentangga panggilan perempuan untuk memasuki dunia maju meninggalkan perananya sebagai sendiri kehidupan Minangkabau.

Sementara itu, anak-anak muda berpendidikan barat di padang menertbitkan majalah perempuan soera perempuan (1918) dengan semboyanmya kemerdekaan bagi anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan tanpa hambatan adat yang mengekang.

Di Jawa pun terus bergerilya dan kemudian menyuarankan semangat nasionalisme berkemajuan. Salah satu pelopornya yaitu  pers bumiputera dengan koranya  Sinar Djawa terus memberikan pemahaman tentang menuntut ilmu. Dalam koran itu memuat dua kepentingan untuk menggugah rasa nasionalis dari bangsawan usul yang memiliki gelar raden, ajeung, ayu, raden mas, ngabei dan raden ayu. Serta bangsawan pikiran yaitu master, magister dan doktor.

Pers Melahirkan Pendidikan Nasional

Pada masa itu, pers yang mendapat perhatian pemerintah kolonial Belanda yakni De Express. Koran ini memuat berita propaganda dengan ide radikal serta kritis terhadap sistem pemerintahan kolonial pada masa itu. Salah satunya yaitu, adanya tulisan dari tiga kaum terpelajar dari Komite Boemiputera, yaitu Cipto mangunkusumo, Suwardi Surjadiningrat atau kerap dikenal Ki Hajar Dewantara, dan Abdul Muis. Kritikan yang ditulis oleh Suwardi dengan judul Als Ik Eens Nederlander (andai aku seorang belanda) ini mendapat perhatian serius kolonial Belanda. karena tulisanya itu dianggap telah melakukan penghasutan untuk melawan Belanda. Buntut dari tulisanya itu, Suwardi dan kedua orang rekanya kemudian diasingkan ke Belanda. Disinilah merupakan cikal bakal dari lahirnya bahwa setiap warga negara indonesia wajib mendapat pendidikan.

Dari pembahasan diatas ini merupakan perjalanan singat dari munculnya pers di indonesia sebagai alat pergerakan nasional melawan razim kolonial Belanda. pers ini berdiri atas gagasan kaum terpelajar yang mengarasa bahwa butuh adnya sebuah perubahan kedepan demi keberlangsungan kebebasan dala kehidupan lepas dari bayang-bayang penjajah.

Berbagai Sumber

Penulis: Syarif Hidayat
Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Ciamis, Banjar, Pangandaran

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.