Siapakah Nelson Mandela?

0
83

Biografi Nelson Mandela

Normal Baca 5 Menit

ETNOGRAFI.ID: Afrika Selatan merupakan Negara yang mempunyai banyak suku yang telah menjadi penghuninya seperti suku Khoi, Bushmen, Xhosa, dan Zulu. Menurut buku ensiklopedia geograafi Afrika Selatan, Afrika Selatan berbatasan dengan Numibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambique, dan Swaziland (Utara), Samudera Hindia (Timur dan Selatan), dan Samudera Atlantik (Sebelah Barat). Selain itu Afrika Selatan memiliki kekayaan alam yang tinggi berupa bahan tambang yang bernilai seperti emas, platinum, dan berlian.

Demografi di Afrika Selatan dibagi menjadi empat yaitu, orang kulit hitam, kulit berwarna, kulit putih dan orang India. Akibat politik apartheid dengan penerap konsep nya yaitu Daniel F Malan dan Hendrick Verwoerd sebagai penerapan politik apertheidnya mereka dengan adanya aturan tersebut membuat kulit hitam yang kena dampak kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang paling penting dikalangan kulit hitam di Afrika Selatan hingga akhir tahun 1989.

Nelson Mandela ia lahir 18 Juli 1918 di Mvezo sebuah desa kecil di pinggiran Mbashe, distrik Umtata, ibu kota Transkei. Tahun kelahiran Nelson Mandela merupakan berakhirnya Perang Dunia 1, yang merupakan awal dari epidemic influenza yang membunuh jutaan orang diseluruh dunia, dan kunjuungan Delegasi African National Congress ke konferensi perdamaian yang sedang berlangsung di Versailes untuk menyuarakan keluhan rakyat Afrika Selatan. Mvezo sendiri merupakan dunia yang terpencil, menurut Nelson Mandela dalam bukunya Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan ia menceritakan bahwa Mvezo merupakan lingkungan kecil yang jauh dari peristiwa-peristiwa dunia, tempat hidup sudah berlangsung serupa selama ratusan tahun.

Transkei terletak 800 mil di timur kota Cape, lima ratus lima puluh mil di selatan Johanesburg, berada diantara sungai Kei dan perbatasan Natal, antara pegunungan Drakensberg diutara dan Lautan Hindia di Timur. Transkei merupakan daerah yang indah dengan bukit yang saling sambung-menyambung, lembah-lembah sangat subur, berkumpulnya ribuan sungai dan jeram membuat alamnya selalu hijau, bahkan di musim dingin sekali pun. Transkei diibaratkan seperti surge lokanya Afrika. Transkei sendiri pada saat Nelson Mandela masih kanak-kanak menjadi daerah territorial Afrika Selatan yang paling besar dengan populaasi tiga setengah juta orang bangsa Xhosa dan minoritas kecil yang terdiri dari orang Bashoto dan orang kulit putih. Transkei merupakan tanah asal suku Thembu, yang menjadi bagian dari bangsa Xhosa.

Ayahnya Mandela bernama Gadla Henry Mphakanyiswa, yang merupakan kepala suku baik itu karena kenyataan keturunan atau kehidupan sehari-hari kemudian diangkat sebagai kepala suku Thembu oleh raja Suku Thembu, tetapi peraturan Inggris menentukan bahwa sistim pengangkatan itu harus disetujui oleh pemerintah, yang di Mvezo diwakili oleh petugas setempat. Suku Thembu sendiri berusia 20 generasi di hitung mulai dari raja Zunde, menurut tradisi suku Thembu hidup di lembah-lembah pegunungan Drakensberg dan suku Thembu bermigrasi ke pantai pada abad keenam belas, kemudian mereka bergabung dengan bangsa Xhosa. Xhosa merupakan bagian dari suku Nguni yang berdiam, mata penahariannya nelayan, berburu dibagian Tenggara Afrika Selatan yang makmur, diantara pegunungan di utara, dan Lautan Hindia di Selatan, sedikitnya mulai abad keenam belas.

Bangsa Xhosa merupakan bangsa yang tinggi hati, bersifat patrlineal, memiliki bahasa yang ekspresif dan vocal, mempunyai keyakinan besar pada pentingnya hukum, pendidikan dan kesopanan. Masyarakat Xhosa merupakan masyarakat social yang terorganisasi secara berimbang dan harmonis, setiap anggota masyarakat mengetahui posisinya. Setiap orang Xhosa menjadi anggota suatu klan yang menyusuri asal usulnya dmulai dari nenek moyang tertentu. Nelson Mandela dari anggota klan Madiba, diambil dari seorang kepala suku Thembu yahng memerintah di Transkei pada abad ke 18. Nelson Mandela juga ia sering dipanggil Madiba, nama klannya dan sebutan ini merupakan tanda penghormatan.

Kesedehanaan Nelson Mandela

Sejak usia dini, Nelson Mandela menghabiskan kebanyakan waktunya diladang, bermain-main dan bertengkar dengan anak laki-laki lain yang berasal dari desanya. Pada saat itu Nelson Mandela masih berusia 5 tahun ketika ia sudah mulai menjadi seorang gembala, yang tugas nya mengawasi domba dan anak-anak sapi di lading-ladang. Ia menemukan perasaan keterikatan mistik, yang dirasakan orang-orang Xhosa terhadap ternak-ternak mereka. Diladang itulah Nelson Mandela kecil belajar menembak burung dari langit dengan menggunakan ketapel, mengumpulkan madu liar dan buah serta akar yang bisa dimakan, dan menangkap ikan dari benang dan kawat, minum susu segar dari sapinya, berenang bebas disungai jernih dan dingin ditemani oleh ikan-ikan yang siap disantap. Di ladang itulah ia kemudan belajar beladiri dengan kayu sebagai pendamping latihannya, seorang laki-laki menurutnya wajib latihan ilmu beladiri yang selain untuk kesehatan ilmu beladiri juga bermaksud untuk melinbungi diri-sendiri dari berbagai macam bahaya.

Nelson Mandela kecil biasanya dibiarkan bebas. Ia bermain – main dengan mainan yang ia buat sendii. Mereka membentuk sendiri mainan burung dari tanah liat. Mereka juga membuat kereta kencana sendiri dari dahan – dahanan. Alam merupakan tempat bermain bagi mereka. Bukit disekitar Qunu dipenuhi dengan batu-batu yang berpermukaan halus yang licin dan besar.

Nelson Mandela kecil senidiri memperoleh pelajaran dari seekor keledai. Ia bergantian dengan teman sepermainannya memanjat punggung keledai tersebut, ketika giliran Nelson Mandela kecil menaiki keledai tersebut ia memberi ancang-ancang melompat kea rah punggung keledai tersebut dan alhasil sang keledai malah lari kearah semak-semak seakan keledai tersebut diserang musuh dan melempar Nelon Mandela sehingga ia sampai jatuh ketanah. Pelajaran yang ia dapat dari keledai tersebut, yaitu pentingnya suatu harga diri meski diinjak-injak oleh raksasa sekalipun harga diri sangat penting.

Umunya anak laki-laki disana hanya bermain diantara kelompok mereka, akan tetapianak perempuan pun dizinkan main bersama. Anak laki-laki dan perempuan pada uimumnya bermain Ndize ( petak umpet) dan Icekwo ( sentuh dan Jari). Tetapi permainan yang paling mereka senangi bermain-main dengan anak perempuan dinamakan Ketha, atau pilih idamanmu. Ini bukan permainan terorganisasi, akan tetapi ini merupakan permainan spontan yang berlasngsung kalau mereka menemukan kelompok anak perempuan, maka anak perempuan tersebut dituntut untuk memilih laki- laki idamannya.

Seperti kebanyakan anak- anak Xhosa pada umumnya, mereka memperoleh pengetahuan dari pengamatan. Mereka belajar dengan meniru dan mengikuti, bukan dengan bertanya-tanya. Ketika Nelson Mandela pertama kali mengunjungi orang kulit putih, ia sangat kaget melihat perbedaan anak-anak orang Xhosa dengan kulit putih. Jika anak-anak Xhosa belajar mengikuti alam sedangkan anak-anak kulit putih mereka kebanyakan mengajukan berbagai macam pertanyaan kepada orang tuanya.

Kehidupan Nelson Mandela kecil, dan kehidupan kebanyakan orang Xhosa dimasa itu dibentuk oleh adat, kebiasaan dan tabu. Semua itu adalah alfa dan omega dari keberadaan mereka dan tidak dipertanyakan. Para pria memiliki jalur yang sudah digariskan oleh ayah mereka, para wanita mengikuti pa yang pernah dikerjakan ibu mereka sebelumnya.

Ketika Nelson masih anak-anak suku amaMlengu merupakan bagian yang paling maju dari masyarakat Xhosa, dan mereka menjadi sumber bagi para pendeta, polisi, guru, pegawai, dan penerjemah. Mereka juga yang pertama-tama yang beragama Kristen,yang pertama-tama membangun rumah yang lebih baik, dan yang pertama-tama menggunakan cara yang ilmiah dalam bercocok tanam. Suku amaMlengu menajdi bukti aksioma para misionaris, mereka mengatakan bahwa menjadi Kristen berarti mempunyai budaya dan berbudaya berarti menjadi agama Kristen. Pada saat itu ada perasaan benci terhadap orang-orang amaMlengu, tetapi menurut Nelson Mandela, perasaan benci lebih banyak disebabkan kecemburuan daripada permusuhan yang disebabkan oleh rasa kesukuan. Pada saat itu ia hanya bisa membayabngkan jika terjadi permusuhan akan menyebabkan kekerasan yang teramat sangat. Dalam hal pendidikan keluarga Nelson Mandela tidak ada yang bersekolah mereka hanya belajar dari alam. Ketika Nelson Mandela berkeinginan besar untuk sekolah ibunya terdiam bahkan ibunya berbicara dengan ayahnya dan pada saat itulah ayahnya memutuskan bahwa Nelson Mandela kecil harus sekolah.

Dengan sekolah yang bergaya barat, Nelson Mandela pada saat itu berusia 7 tahun. Sebelum ia mulai masuk sekolah Nelson Mandela kecil oleh ayahnya hanya diberikan kain sorei yang digulung disulap menjadi penutup tubuhnya dan celana bekas ayah nya pun dikecilkan dengan menggunakan tali. Menurut ayahnya kesekolah itu harus berpakaian sopan.

Pada hari pertama disekolah, guru Nelson Mandela bernama Nona Mdingane. Nona Mdinganelah yang menami Nelson Mandela agar mudah diingat, menurut Nona Mdingane budaya Inggris-lah yang lebih unggul dibandingkan dengan budaya Afrika Selatan pada saat itu. Pendidikan yang Nelson terima juga adalah Pendidikan berbau Inggris.

Pada usia 9 tahun, Nelson Mandela keadaan ayahnya semakin kritis akibat penyakit paru-paru yang dilandanya. Ibu Nelson dan istri ayahnya yang masih muda bernama Nodayimani tinggal bersama kelurga besar Nelson Mandela. Pada saat itu diusia yang 9 tahun itu Nelson harus merasakan apa yang dinamakan kehilangan.

Ketika ditinggal oleh ayahnya, Nelson Mandela dan ibu nya pergi kearah barat untuk menempati tempat tinggal yang baru ia hanya membawa barang miliknya yang sedikit itu. Menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, kemudian mereka tiba di Mkezesweni di jembut oleh walinya yang baru yang bernama Jongintaba Dalindyebo. Saat itu Nelson mengagumi nya . dan Nelson pun di dunianya yang baru mesti beradaptasi dengan penduduk Mqhezesweni.

Mqezezweni adalah sebuah pusat misi gereja metodis jauh lebih modern dan kebaratan dibanding dengan yang ada di Qunu. Orang-orang disana sudah berpakaian modern, para pria mengenakan jas dan para wanita mengikuti gaya istri misionaris. Ada 2 prinsip yang mengatur kehidupan Nelson Mandela di Mqezesweni yaitu kepemimpinan suku dan gereja. Kedua doktrin ini hidup bersama dalam harmoni yang rumit, namun pada waktu itu ia tidak menganggap kedua hal ini berlawanan.

Di Mqekezweni, Nelson Mandela mulai memperhatikan sejarah Afrika. Hingga saat itu ia mendengar mengenai pahlawan-pahlawan Xhosa, di Tempat Agung ia mengenal pahlawan lain Sekhukune, raja suku Bapedi, dan raja Bashoto, Moshoesoe mengenai Dingane, raja Zulu, dan pahlawan lain seperti Bhambata, Hintsa dan Makana, Monthsiwa dan Kagama.

Pada awalnya mereka mengusir Mandela karena terlalu kecil untuk mendengar sejarah Afrika. Karena keinginan yang berapi-api Nelson Mandela kecil pun mereka mengizinkannya tinggal dan kembali membaca sejarah Afrika yang mengesankan itu. Yang paling tua diantara para suku itu menceritakan kisah-kisah yang kuno kepada para pemimpin yang berkumpul itu adalah Zwelibangile Joyi anak Rumah Agung dari raja Ngubengcuka. Kisah-kisah tersebut biasanya berkembang dengan sangat lambat.

Ketua Joyi berusaha membangun semangat menentang orang putih, yang dianggapnya sengaja memisahkan suku-suku Xhosa. Oramg putih member tahu tentang Thembu, Mpondo, ketua Jovi dengan gambarannya yang buruk tentang orang kulit putih itu membuat Nelson Mandela semakin marah meskipun ia masih kecil.

Ia belum mengetahui bahwa sejarah negaranya yang sebenarnya tidak dapat ditemukan dalam buku-buku teks standar Inggris, yang mengatakan bahwa sejarah panjang Afrika Selatan dimulai dengan mendaratnya jan Van Rieebeeck di Tanjung Harapan pada tahun 1652. Dari ketua Joyi yang mengetahui bahwa sejarah bangsa-bangsa berbahasa Bantu dimulai jauh di utara  ia menjelaskan di sebuah negeri dengan danau-danau dan tanah serta lembah-lembah hijau, dan bahwa dalam waktu ribuan tahun lambat laun mengembara hingga ujung benua ii. Tetapi belakangan Nelson juga menemukan bahwa penuturan dari ketua Joyi mengenai sejarah Afrika dimulai tahun 1652, selalu tidak akurat.

Strategi Komunikasi Nelson Mandela

Ketika Nelson Mandela berumur 16 tahun,pada saat itu wali raja memutuskan bahwa sudah saatnya ia menjadi pria dewasa. Dalam adat Xhosa, apabila seorang pria dewasa tidak disunat dalam adat mereka seorang pria yang tidak disunat tidak bisa mewarisi kekayaan ayah nya. Dalam penyunatan juga dilakukan upacara tradisional sekolah penyunatan itu pada dasarnya untuk Justice.

Di Mqekezweni Nelson Mandela banyak bertemu dengan pedagang dan petugas berkulit putih, termasuk pejabat dan polisi. Mereka adalah orang terhormat dan wali raja menerima mereka dengan hormat. Nelson Mandela mempunyai sedikit pengalaman berkomunikasi dengan orang kulit putih. Wali Raja tidak memberitahu bagaimana cara untuk bersikap terhadap orang kulit putih. Bangsa kulit putih begitu elegan cari pekerjaan mudah, kemana-mana dihormati, pekerjaan mereka yang dilakoni adalah pekerjaan yang sederajat dengan mereka, seperti hokum, polisi, guru.

Pandangan orang kulit putih dimata Nelson Mandela disiplin dalam waktu, berpakaian sopan, dalam memberi aturan seornag polisi kulit putih sangat tegas. Ketika orang kulit putih melewati orang kulit hitam maka yang berkulit hitam harus membungkuk dan beri salam kepada orang kulit putih. Saat itulah Nelson Mandela di suia nya baru 16 tahun mulai ada rasa ingin berontak tapi belum saatnya.

Karya : Dian Ahmad Wibowo

(Mahasiswa Pend. Sejarah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.