Beginilah Tradisi Masyarakat Sunda Menyambut Bulan Ramadhan

0
54

BANJAR, ETNOGRAFI.ID: Bulan Suci Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Umat Islam menyambutnya dengan penuh suka cita. Berbagai ragam cara dilakukan kaum Muslim dalam menyambut datangnya bulan penuh ampunan. Mulai dari pawai Ta’aruf hingga tradisi lainya yang berkaitan dengan budaya leluhur. Tujuanya yakni merupakan penyampaian bentuk rasa syukur kepada sang maha pencipta alam semesta.

Membahas tentang cara menyambut bulan puasa, jelas masyarakat Sunda punya tradisi tersendiri. Kebiasaan ini pun terjadi turun temurun, orang Sunda mengenalnya dengan istilah Botram Munggahan. Tradisi ini pasti disetiap daerah pun ada, dengan cara khas daerahnya.

Dalam istilah bahasa Indonesia Botram diketahui adalah cara makan secara bersama-sama dengan sebuah hidangan sederhana. Biasaya ibu-ibu sibuk memasak makanan dengan resep terbaiknya untuk disantap bersama dengan para tetangganya, dan para laki-laki menyiapkan tempat hidangan makanan dengan gotong royong. Tentu ini memiliki khasanah sendiri apa yang dilakukan oleh masyarakat Sunda dalam menyambut bulan puasa.

Biasanya tradisi Botram Munggahan ini kerap dilakukan oleh warga perkampungan dan dilakukan di hutan atau perkebunan saat setelah membersihkan dan nyekar makam keluarganya. Orang Sunda mempercayai bahwa dengan Botram ini akan mendatangkan keberkahan dan lebih mempererat jalinan silaturahim dengan sesama. Ada istilah lain Botram ini, yaitu Babarit.

Akan tetapi, apa yang lakukan sekelompok masyarakat di Kota Banjar ini tidak menggunakan istilah Babarit tetapi Botram Munggahan.  Uniknya, ditengah kemegahan Kota Banjar, Jawa Barat, tersisipkan tradisi yang sudah semakin tidak digandrungi lagi oleh masyarakat perkotaan. Masyarakat RT 08 RW 16 Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman Kota Banjar, Jawa Barat ini ternyata memiliki makna tujuan sendiri tentang Botram Munggahan.

“Kami ingin lebih memperat tali persaudaraan dengan memanfaatkan momentum menyambut kedatangan bulan suci ramadhan yang tinggal menghitung hari,” ungkap H. Junaedi, tokoh masyarakat Hegarsari, Sabtu (12/05).

Menurut dia, makna yang terkandung pada Botram Munggahan ini tak lain untuk lebih mendekatkan lagi rasa persaudaraan serta emosional sesama rukun tetangga. Sangat terasa sekali ketika, masyarakat makan bersama sembari saling memberikan makanan terbaiknya untuk sama-sama merasakan. Itulah tradisi Sunda yang harus terjaga dalam kehidupan bermasyarakat.

“Tidak ada pemisah sosial semua berbaur, dengan saling mendoakan dan memaafkan sesama manusia pesan itu yang kami harapkan untuk hidup rukun dan damai. Cara ini kerap dilakukan oleh para orang tua kita dahulu, akan tetapi karena arus moderenisasi tradisi Botram ini mulai ditinggalkan. Disinilah kami ingin mengangkat dan melesatarikan kembali tradisi yang telah lama usang, serta bentuk rasa syukur kami kepada sang maha pencipta, Allah SWT,” pungkasnya.

(*)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses