OPINI, ETNOGRAFI.ID–Pilkada serentak 2018 telah usai khususnya di Kota Banjar. Perlu disyukuri bahwa selama proses tahapanya tidak ada konflik destruktif yang mewarnai pilkada kali ini. Hanya saja sentimen politik pendukung belum tentu sudah selesai, para calon kepala daerah yang kalah dalam hajatan demokrasi dan para pendukungnya ada yang belum menerima atas kekalahan.
Tentu saja hal tersebut tidak dibenarkan, karena dalam kontestasi bukan hanya sebagai pesta demokrasi saja melainkan mencari pemimpin yang benar-benar sesuai amanah rakyat. Pada ahkirnya bukan hanya menginginkan daerah Kota Banjar yang maju saja tetapi juga kondisi damai, tentram jauh dari konflik dan budaya gotong royong tetap terjaga.
Kesiapan untuk kalah dan menang harus bisa diterapkan pada setiap momentum pemilihan, antisapasi terjadi konflik sosial yang dapat merusak kerukunan dalam masyarakat yang telah terbangun sejak lama dapat diminimalisir.
Kami Pengurus PMII Cabang Kota Banjar, mengingatkan bahwa fanatik yang berlebihan dan tida legowo menerima kekalahan menjadikan sebuah masalah. Pilkada merupakan agenda demokrasi yang meleburkan segala hajat rakyat untuk mencapai kesejahtraan.
Oleh karena itu pemaknaan pilkada sebagai alat pemersatu bangsa harus melekat pada pemikiran rakyat Indonesia.
Dalam beberapa hari kedepan kita akan mengetahui secara resmi pemenang pilkada dalam kontestasi calon pemimpin. Kami berharap pemimpin yang terpilih akan membawa kesejahtraan sesuai amanah dari rakyat. Demi menyambut hal tersebut, marilah kita kembali fokus untuk mendampingi pemimpin yang menang dan fokus terhadap pembangunan Kota Banjar.
Selanjutnya kami minta semua pihak kelompok masyarakat, untuk mengawasi dan mengontrol jalannya roda pemerintahan 5 tahun kedepan.
Penulis: Ketua PMII Cabang Kota Banjar, Sirojul Muntaha
