Kesadaran Kelestarian Lingkungan Investasi Peradaban Masa Depan

0
42

OPINI, ETNOGRAFI.ID–Sungai merupakan salah satu bagian dari ekosistem kehidupan. Jika dilihat dari perjalanan peradaban manusia, sungai salah satu pusat peradaban yang berkembang. Pusat kehidupan pada waktu itu berada kawasan tepi sungai. Ingatkah peradaban ‘Tigris’ dan’Eufrat’?

Diambil dari berbagai sumber, dahulu peradaban yang berkembang di kawasan tepi sungai adalah pertanian. Kawasan sungai perkotaan saat ini pun manjadi pusat aktivitas manusia. Namun disayangkan, perkembangan aktivitas tersebut cenderung merusak ekosistem sungai.

Jika lihat sungai perkotaan saat ini tidak lagi menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitarnya.

Airnya sudah tidak bisa dikonsumsi, ikannya tidak lagi menjadi sumber protein, dan kawasannya tak lagi aman menjadi tempat bermain dan bersosialisasi.

Belum lagi ketika musim kemarau banyaknya genangan air ditumpukan sampah menjadi tempat yang nyaman untuk nyamuk, bakteri dan lalat berkembang biak tentunya menimbulkan bau yang menyengat.

Penyelamatan Lingkungan Hidup di Sungai Ciroas

Apa yang terjadi?

Permasalahan utama sungai perkotaan saat ini adalah limbah, salah satunya adalah sampah sebagai limbah padat.

Hal ini tentu tidak bisa lepas dari kurangnya ketegasan dalam penegakan aturan, terutama aturan tata ruang yang tidak bisa lepas menimbulkan berbagai rentetan pelanggaran lingkungan lainnya.

Melakukan apa yang bisa dilakukan, mulai dari diri sendiri, mulai hal yang kecil dan mulai saat ini untuk memeliharan sungai sebagai salah satu sumber air itulah yang kemudian menjadi semangat diadakannya pembendungan sampah.

Pembendungan diadakan di RT 4 RW 16 Dusun Tanjung Sukur Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjar, Jawa Barat merupakan daerah aliran sungai Ciroas, dan masuk sebagai wilayah kelola KOMPASUCI (Komunitas Masyarakat peduli Aliran Sungai Ciroas ) Semoga bisa terbentuk.

Dipilihnya daerah aliran sungai Ciroas ini karena sungai merupakan wajah kota. Sungai yang terpelihara dan bersih, mau tidak mau menjadi cerminan masyarakatnya.

Hal ini juga menjadi salah satu upaya untuk mendorong perlindungan dan pengelolaan sungai, sebagai salah satu sumber air.

Budaya Gotong Royong Selamatkan Sungai Ciroas, Banjar

Pembendungan yang dilaksanakan selama Tujuh hari (14 – 21 Oktober 2017) terdiri atas Dua materi utama, yaitu manajemen pembendungan sampah, pengelolaan pengangkatan sampah dan pengelolaan distribusi sampah.

Hal yang sangat ditekankan dalam pengelolaan ini adalah bagaimana menangani sampah terutama didalam aliran sungai baik yang mampu diurai maupun yang tidak mampu diurai oleh alam melalui pola hidup ramah lingkungan yaitu dengan membuat segmen atau zonasi untuk sampah-sampah yang memang harus dihasilkan, perlu diolah dengan mengedepankan prinsip pemilahan.

Tidak berhenti sampai disitu, peserta juga diajak untuk berdialog tentang bagaimana manajemen pengelolaan sampah tingkat kelompok atau komunitas.

Dan inilah yang penting untuk didorong. Bersama Karang Taruna Darma terkait manajemen pengelolaan sampah dan pendistribusian sampah mulai dari aliran sungai hingga ke TPS terdekat, terkait pengolahan sampah organik & anorganik, itu akan didorong pada sesi Rencana Tindak Lanjut (RTL) agar pengelolaan ini bisa benar-benar bermanfaat.

Wajah Ciroas Setalah Diselamatkan

Dengan menerapkan pola hidup ramah lingkungan dan berupaya untuk mengurangi sampah yang dihasilkan, serta mengelola sampah yang tidak bisa dihindari untuk dihasilkan agat tidak mencemarilingkungan, salah satunya sungai yang menjadi ekosistem mereka.

Namun perlu diingat pula bahwa jika kita menelusuri Undang – undang (UU) nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, tidak hanya pemerintah dan masyarakat yang punya kewajiban mengelola sampah.

Perusahaan sebagai produsen yang membuat dan mengedarkan berbagai bahan yang berpotensi menjadi sampah yang tidak dapat diurai oleh alam itu pun punya kewajiban terhadap sampah – sampahnya.

Namun sejauh ini, perusahaan lebih cenderung menngunakan aktivitas CSR nya untuk mengklaim kewajibannya ini. Untuk selanjutnya, masih masyarakat yang terus didorong untuk mengelola sampah.

Padahal jika dibandingkan, berapa sampah yang dihasilkan dan seberapa besar kemampuan masyarakat mengelola?

Semoga ini menjadi renungan kita bersama. Salam Adil dan Lestari.

Penulis

Johan Wijaya (Abah Goib)

Alamat link,Tanjung Sukur Rt 4 Rw 16 Kelurahan Hegarasari, Kec Pataruman, Kota Banjar.

Ketua DPD LPLHI – KLHI (Lembaga Penyelamat Lingkungan Hidup Indonesia, Kawasan, Laut, Hutan dan Industri).

Ketua Karang Taruna Kelurahan Hegarsari

Pembina KOMUNITAS SENJAPALA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.