Inilah Dampak Hoax Dimata Mahasiswa Kota Banjar

0
44
Foto: (Kiri) Sekretaris GMNI Kota Banjar, Fahri Aditya (Tengah) Ketua Harian Dewan Kebudayaan Kota Banjar, Syarif Hidayat, (Kanan) Presma BEM STISIP BP Banjar, Very

BANJAR, ETNOGRAFI.ID—Etnografi News Institute menggelar diskusi mengenai peran mahasiwa dalam menangkal berita bohong atau Hoax menjelang pemilu 2019.

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Harian Dewan Kebudayaan Kota Banjar yang juga pendiri Etnografi News Institute, Syarif Hidayat juga para aktivis mahasiswa yang digelar, Sabtu (09/10/2018) malam.

Diskusi yang dikemas non formal di Kedai Kopi Buboo ini memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman tentang hoax dan bagaimana pengaruh hoax di tahun politik. Hal ini pun mendapat perhatian penuh para mahasiswa, mahasiswi yang hadir pada malam itu.

Menurut Sekretaris GMNI Cabang Kota Banjar, Fahri Aditya mengungkapkan bahwa isu hoax di tahun politik sangat rentan terjadi. Sehingga perlu adanya kontruksvisme pengetahuan mengenai pengertian hoax itu sendiri.

“Jangan sampai masyarakat terus dicekoki dengan informasi bohong sehingga berdampak pada menurunya angka pertisipasi pemilih untuk pemilu 2019, karena adanya rasa pesimisme calon pemilih,” ucap dia.

Hal senada diugkapkan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kota Banjar, Budi. Dia menurutkan bahwa hoax ini jangan menjadi konsumsi masyarakat secara terus menerus. Maka perlu adanya sebuah literasi pemahaman pendidikan politik kepada masyarakat dengan seringnya melakukan dialog dan berdiskusi.

“Gerakan diskusi ini akan menumbuhkan pemahaman serta menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat. Apalagi untuk mahasiswa seperti kami sebagai agen pembaharuan memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa apabila mendengar serta menerima informasi itu harus dipahami secara utuh,” terang dia saat melakukan diskusi.

Foto Bersama, Ketua Harian Dewan Kebudayaan Kota Banjar, Syarif Hidayat (Tengah) dengan Mahasiswa Kota Banjar

Sementara, Ketua Harian Dewan Kebudayaan Kota Banjar, Syarif Hidayat menjelaskan Indonesia akan mendapat warisan demografis pada tahun 2020-2030. Dimana usia produktif antara 15-40 tahun akan lebih banyak dibandingkan usia 40-60 tahun.

Dengan itu, dirinya mengemukakan masuknya isu hoax pada usia ini sangat rentan terjadi. Maka perlu dilakukan kajian ilmiah dari para akademisi untuk memberikan pemahaman secara komprehensif tentang hukum tata kenegaraan.

“Hoax ini boleh jadi akan jadi budaya. Karena hoax ini bukan hanya terjadi di era pos modern ini. Melainkan sudah terjadi sejak dulu hanya saja varianya yang berbeda. Maka perlu adanya penyelamatan generas X penerus dari generasi Milenial sebagai salah satu bagian dari pewaris demografis bangsa Indonesia mendatang,” katanya.

Sehingga lanjut dia, peran mahasiswa di Kota Banjar harus melahirkan ide gagasan baru untuk membangun peradaban yang baru beriringan dengan majunya ilmu pengatahuan di dunia. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.