Banjar, Etnografi.id – Himpunan Mahasiswa Islam( HMI ) Kota Banjar gelar Rembug Bareng Pemantapan Nilai – Nilai Kebangsaan, di sekretariat HMI hari Minggu 14 November 2018 kemarin.
Proxy War “ Antara Demokrasi Liberal dan Bercokolnya Kepentingan Asing “ yang diambil sebagai tema Rembug Bareng dengan narasumber Arief Hidayat Alumni LEMHANNAS RI 2017.
Mahmud Abdilah panitia Rembug bareng mengatakan ini sebagai bentuk ikhtiar untuk membangun Narasi Peradaban Intelektual, dan juga penambahan nutrisi keilmuan kader-kader HMI di kota Banjar, karena HMI adalah organisasi kader, maka tentu Kajian dan Diskusi adalah bagian daripada rutinitas organisasi.
Dia, menambahkan menurut Jendral TNI Gatot Nurmantyo, Proxy War (Perang Proksi). adalah perang ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti bertarung satu sama lain secara langsung. Perang tanpa bentuk (proxy war) mengancam Indonesia, karena negara – negara luar berlomba – lomba ingin menguasai Indonesia yang kaya akan sumber daya alam.
Kita harus bijak dan bersatu karena ancaman kedepan semakin kompleks dan nyata. Kita perlu antisipasi sejak dini melalui kebersamaan, militansi, memiliki kemauan keras dan sering mengkaji persoalan – persoalan terkini. Ungkapnya.
Semenetara Arief Hidayat Alumni LEMHANNAS RI 2017, Narasumber Rembug Bareng, mengatakan seiring berkembangnya teknologi, sifat dan karakteristik perang telah bergeser, pada masa kini kemungkinan terjadinya perang konvensional antar Negara semakin kecil. Perang masa kini yang terjadi dan perlu diwaspadai oleh Indonesia salah satunya adalah proxy war.
Proxy war tidak melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik melalui politik, melalui sosial, ekonomi budaya termasuk hukum. Proxy war merupakan konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dg alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berimbas pada kehancuran fatal.
Dalam proxy war tidak bisa terlihat siapa lawan dan siapa kawan. Indikasi proxy war di Indonesia antara lain gerakan separatis, gerakan radikal kanan/kiri, sistem regulasi perdagangan yang merugikan, peredaran narkoba, pemberitaan media yang provokatif, penyebaran pornografi, gerakan LGBT dsb.
Ada beberapa negara yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia melalui proxy war. Hal tersebut terjadi karena kesuburan tanah Indonesia, posisi geografis yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam hayati dan non hayati yang luar biasa.
Oleh karena itu, agar sebuah negara mampu menangkal serangan proksi maka mesti dibangun smart power (kekuatan cerdas) dg beberapa aspek selain peningkatan militer, politik yang tangguh, Indonesia juga harus mampu berdikari dibidang ekonomi dan teknologi informasi serta konsisten menjalankan landasan nilai – nilai Pancasila.
Kita perlu antisipasi sejak dini melalui kebersamaan, militansi, memiliki kemauan keras dan sering mengkaji persoalan – persoalan terkini. Kita harus bijak dan bersatu karena ancaman kedepan semakin kompleks dan nyata.