Semangat Bersatu Pemuda Indonesia: Dulu dan Kini

0
44

OPINI, ETNOGRAFI.ID–Dahulu, para pemuda berjuang dari berbagai suku dan daerah untuk mewujudkan tujuan yang sama, yaitu melawan dan mengusir para penjajah agar kita bisa merdeka.

Namun, tujuan mulia tersebut terkendala perjuangan dan bahasa yang masih bersifat kedaerahan. Sehingga saat itu sulit menyatukan pendapat, meskipun memiliki tujuan yang sama.

Cara berpikir yang cerdas dari para pemuda zaman tersebut menghasilkan ide agar semua rakyat Indonesia bisa bersatu, yaitu dengan merumuskan Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda menjadi bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda berikrar dan menegaskan cita-citanya untuk mendirikan negara Indonesia yang terbebas dari belenggu kolonialisme serta imprealisme.

Sumpah pemuda adalah keputusan Kongres Pemuda II yang dilaksanakan di Batavia (sekarang Jakarta) untuk membangkitkan rasa nasionalisme dengan pijakan “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Indonesia”. Pijakan tersebut sebagai bukti bahwa para pemuda tidak lagi berjuang sendiri, melainkan bersama-sama.

Oleh karena Sumpah Pemuda menjadi salah satu tonggak terpenting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, maka pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 menetapkan setiap tanggal 28 Oktober sebagai hari peringatan Sumpah Pemuda.

Kinanti Nuraini, Siswa SMA Negeri 1 Parongpong.

Pada hakikatnya pemuda adalah agen perubahan yang akan meneruskan cita-cita sebuah bangsa.

Para pemuda yang kelak memimpin dan mengatur sebuah negara wajib mempunyai keperibadian yang baik, kecerdasan yang dilandasi ilmu dan wawasan yang luas, memiliki semangat tinggi, memiliki pikiran terbuka, dan memiliki tujuan hidup yang besar.

Kemampuan-kemampuan tersebut kelak menjadikan dirinya bermanfaat serta berguna untuk kemajuan bangsa dan negera, seperti para pemuda dahulu.

Namun, jika melihat fenomena dewasa ini para pemuda cenderung terjebak dalam fanatisme pada sebuah kelompok, keyakinan, bahkan pada sebuah kebiasaan yang jauh dari nilai-nilai persatuan dalam negeri.

Jangankan memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengatur sebuah bangsa, masalah moral dan kesopanan saja sering dikesampingkan.

Sebagai contoh, masalah pengeroyokan supporter klub sepak bola di Indonesia yang menelan korban jiwa terjadi belum lama ini.

Kasus pengeroyokan seperti itu tidak terjadi sekali dua kali saja, melainkan terus berulang. Beberapa kasus pengeroyokan tersebut menjadi bukti bahwa semangat persatuan pemuda Indonesia sudah melemah bahkan menuju hilang.

Perumusan Sumpah Pemuda melibatkan para pemuda dari beberapa suku di Indonesia. Apakah mereka ingin bahasa dari suku aslinya yang digunakan sebagai bahasa persatuan? Tentunya tidak.

Karena mereka memiliki cita-cita bersama untuk negeri ini. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa persatuan. Mari tanya dalam diri kita wahai pemuda. Apa cita-cita besar kita untuk negeri ini? Sejauh mana kita mewujudkan cita-cita tersebut?

Apa cukup dengan membela suatu kelompok atau golongan yang kita sukai tanpa tau kebenarannya?

Sungguh cerdas cara para pemuda zaman dahulu untuk memperjuangkan persatuan bangsa ini dan sangat ‘cerdas’ pula cara para pemuda zaman sekarang untuk memecah belah persatuan bangsa ini.

Kinanti Nuraini, Siswa SMA Negeri 1 Parongpong.

Editor: Irpan Iskandar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.