GMNI Cabang Kota Banjar Inisiasi “Gemar” Sadar Sampah

0
41

BANJAR, ETNOGRAFI.ID-Dewan Pimpinan Cabang, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Banjar menjadi inisiator dalam mengkampanyekan Gerakan Masyarakat Sadar Sampah (Gemar).

Hal ini dilakukan untuk mendorong serta mensukseskan progam pemerintah yaitu 2020 Indonesia bebas sampah. Inisiasi ini berawal dari kekhawatiran mahasiswa bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap kepedulian lingkungan hidup terutama penanganan dan pengelolaan sampah dianggap masih belum menjadi budaya.

Ketua DPC GMNI Kota Banjar, Lihan melalui Sekretaris Cabang, Fahri Aditya menjelaskan bahwa sejauh ini permasalahan sampah perlu banyak perhatian. Karena menurut dia, penanganan masalah sampah tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan masyarakat harus berperan aktif dalam pengelolaan sampah secara langsung.

“Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pengelolaan sampah. Diantaranya mampu memberikan nilai ekonomi, juga kelestarian lingkungan hidup,” ungkap dia, Sabtu (03/11/2018).

Fahri mengemukakan beberapa indikator manfaat penanganan, pengelolaan sampah. Sampah merupakan barang yang sudah dibuang hasil dari aktivitas manusia maupun proses alamiah yang belum memiliki nilai ekonomis bahkan cenderung menjadi benda kotor dan menjijikan. Padahal bagi Fahri, segala benda yang ada di bumi apabila diolah melalui proses pengetahuan akan bermafaat bagi manusia.

“Sampah kerap dijadikan momok yang menjijikan dan kotor, bau lagi. Sehingga, orang tidak ingin mendekat apalagi mengolah sampah. Namun, pendapat ini harus dirubah dengan cara pandang bahwa sampah adalah sahabat manusia yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan,” imbuh dia.

Menjadikan sampah memiliki daya guna dalam kehidupan, Fahri berpendapat sampah dapat bermanfaat diberbagai bidang, seperti pertanian, ekonomi kreatif, pendidikan. Contoh dalam bidang pertanian, sampah bisa menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan, ekonomi kreatif menjadi ecobrik, tas. Bidang pendidikan bisa menjadi bahan penelitian dan metode pembelajaran untuk meningkatan kecerdasan ekologis relevansinya terhadap rasa nasionalisme peserta didik.

“Sehingga sampah dapat dikelola serta bermanfaat bagi manusia apabila diolah sesuai dengan perkembangan Ilmu pengetahuan,” tuturnya.

Kader GMNI Cab. Kota Banjar Melakukan Pemilahan Sampah di TPS 3 R Bagusantri, Rejasari, Kec. Langensari, Kota Banjar.

Rahasia Manfaat Sampah

Tempat Pembuangan Sampah (TPS) TPS 3 R (Reuse, Reduce, Recycle) Bagusantri, Desa Rejasari, Kecamatan Langensari menjadi sampel rujukan bagi kajian GMNI Kota Banjar. Alasanya karena TPS ini system penanganan dan pengelolaan sampahnya telah sesuai dengan standar oprasional daerah.

TPS yang dibawah naungan Dinas Lingkungan Hidup bidang kebersihan Kota Banjar ini telah berjalan selama 1 tahun. Masyarakat sekitar TPS ini, memiliki kesadaran lingkungan hidup dari cara penanganan dan pengelolaan sampah. Bahkan dalam pelaksanaanya masyarakat melakukan pemilhan dan pengolahan sampah hingga bermafaat bagi kehidupan sehari-hari.

Diketahui TPS 3 R memiliki luas 400 meter persegi ini dibangun tahun 2017 yang bersumber anggaran dari Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Upaya pemerintah pun mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Mulai dari sini gerakan masyarakat sadar sampah terus berkembang hingga menjadi rutinitas penanganan sampah.

TPS 3 R ini meliputi sebagian 4 wilayah desa, yakni Rejasari, Bojongkantong, Waringinsari, Langensari. Dengan hadirnya TPS itu, mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA hingga 60 persen.

“Tahapanya, sebelum masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dipilah dulu di TPS, seperti pemilhan sampah organik dan an-organik. Setelah dipilah baru masyarakat kemudian memanfaatkan sampah itu menjadi bahan baku yang diolah menjadi sebuah kompos (organik) dan industri kreatif (an-organik) selanjutnya dimanfaatkan oleh warga sekitar TPS,” ucap Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bagusantri, Abdul Kholik.

Kegunaan kompos hasil pengolahan sampah, kemudian digunakan masyarakat dalam becocok tanam. Hasilnya pun dianggap cukup memuaskan karena struktur tanah menjadi gembur dan tanaman bisa tumbuh sumbur. Akan tetapi, kompos ini belum menjadi satu komoditi yang dapat digunakan secara massif. Karena kata Abdul Kholik, untuk menjadikanya sebagai pupuk organik masih butuh proses kajian labotarium yang berstandar nasional.

Meski demikian, warga tetap mengunakan kompos olahan organik ini menjadi salah satu pupuk yang digunakan untuk berladang mereka meskipun belum memiliki standar khusus. Selain itu pemanfaatan sampah an-organik warga menjadikanya sebagai industri kreatif dengan membuat bahan padat dari sampah plastik yakni ecobrik.

“Yang terpenting adalah ada asas kebermafaatan dari pengelolaan sampah yang dirasakan oleh warga. Dan kesadaran masyarakat akan tumbuh saat merasakan langsung dari manfaat hadirnya TPS ini dengan harapan bisa lebih menjaga lingkungan dan kebiasaan membuang sampah sembarangan, menjadi budaya masyarakat,” pungkasnya. (Red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.