Begini Kisah Serikat Islam Afedeling B di Garut

0
161

ETNOGRAFI.id: Waktu itu tahun 1919 pemerintah Belanda juga giat menangkapi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam organisasi Sarekat Islam (SI) Afdeling B. Di Desa Nangkapait, Garut banyak dilakukan penangkapan dan dan diketemukan banyak baju putih, senjata dan jimat.

Di Garut ada dua orang komisaris S.I. ditahan, dan bepuluh-puluh anggota S.I. yang dimasukan kedalam penjara.

Perlu digari sbawahi dalam buku Sutrinso Kutoyo dalam hasil wawancara bersam H. Maulani sekitar tahun 1914-1915 di Garut sudah berdiri organisasi Sarekat Islam. Di seluruh Kabupaten Garut sebanyak 15 Kring Sarekat Islam antara lain di; Sandang, Malangbong, Tarogong, Bojongsalam, Leles, Tanggulun, Margawati, Cikajang, Nangkaruka, Pamengpeuk, dan Cimareme.

Pimpinan kring Sarekat Islam di Cimareme ialah Haji Gojali, menantu Haji Hasan Arif. Meskipun di Cimareme juga sudah terdapat Kring Sarekat Islam, tetepi Haji Hasan Arif bukan seorang anggota Sarekat Islam.

Walaupun sebagai seorang Muslim niscaya menaruh simpati terhadap gerakan rakyat yang beraliran Islam seperti sarekat Islam itu.

Sarekat Islam berhasil pada lapisan bawah masyarakat, yaitu lapisan yang sejak berabad-abad tidak mengalami perubahan dan paling banyak menderita.

Anggaran dasarnya antara lain dirumuskan, bahwa Sarekat Islam mengembangkan jiwa berdagang, memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderita kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam.

Ciri kerokhanian Sarekat Islam tetap demokrasi dan militan, sangat siap untuk berjuang. Beberapa aspek perjuangan terkumpul menjadi satu di dalam tubuh Sarekat Islam, sehingga Sarekat Islam merupakan gerakan nasionalistis, demokratis, dan ekonomis.

Dari tahun 1917-1920, Sarekat Islam merupakan organisasi masa yang pertama di Indonesia dan pengaruhnya sangat nyata di dalam politik Indonesia. Tidak dapat pula dipungkiri, bahwa corak demokrasi dan kesiapan untuk berjuang  ini juga yang menyebabkan aliran Marxis dapat menyusup kedalam Sarekat Islam di beberapa cabang, terutama Sarekat Islam yang dibawah Samaun dan Darsono.

Beberapa cabang Sarekat Islam itu menggunakan teori perjuangan Marxis untuk melawan imprealisme. Tetepi dikalangan Sarekat Islam timbul reaksi yang keras, dan dibawah Tjokroaminoto, H.A. Agus Salim dan Abdul Muis, Sarekat Islam menentang usaha Marxis itu.

Sementara itu dalam tubuh Sarekat Islam terjadi perpecahan yang disebabkan oleh karena perbedaan tujuan dan tak-tik perjuangan antara golongan kiri dan kanan. Terhadap golongan Sarekat Islam Kiri ini yang disebut Afdeling B, pemerintah Kolonial Belanda mengambil sikap yang keras.

Sarekat islam Afdeling B itu mungkin mulai di dirikan pada bulan Rajab (April) 1918. Setidak-tidaknya pada bulan April 1918 Sarekat islam mulai bertindak keras dan melawan.

Di daerah Jawa Barat, pusat-pusat Sarekat Islam Afdeling B terdapat di Ciamis, Tasikmalaya dan Garut. Untuk daerah Priangan, maka sarekat Isalm Afdeling B dipimpin oleh Haji Ismail dari Manonjaya.

Sedangkan ketua umumnya ialah Sosrokardono, anggora Pengurus Besar Central Sarekat Islam di Surabaya.

Dihubungkan dengan riwayat perjuangan Haji Hasan Arif, maka beliau jelas tidak akan dapat menerima pandangan kaum Marxis terhadap Sarekat Islam itu.

Walaupun Haji Hasan Arif sebagai pimpinan umat Islam tetapi cara kekiri-kirian yang ada pada pihak Sarekat Islam Afdeling B tidak sesuai dengan kepribadian beliau.

Haji Hasan Arif pada Hakekatnya lebih bergerak secara lebih luas, dalam sekala pergerakan  kebangsaan, dan tidak mengkaitkan diri pada Sarekat Islam afdeling B, dan tidak berhubungan dengan Sarekatt Islam Afdeling B itu.

Semantar itu pernyatan Sutrisno Kutoyo diperkuat oleh penglihatan Residen Priangan, De Steurs kepada Ggoebernur Jendral Van Limburg Stirum pada tanggal 2 Agustus 1919.

Dikatakannya bahwa pemberontakan Cimareme itu mempunyai sumber yang berlainan dari gerakan Sarekat Islam Afdeling B. Harus dibedakan adanya masalah ini, yaitu masalah Haji Hasan Arif.

Masalah Sarekat Islam Afdeling B

Masalah Sarekat Islam Afdeling B
Haji Hasan Arif memang sudah berniat melawan pemerintah Belanda dengan kekerasan, dan  beliaun meminta bantuan Haji Adrai yang menjadi ketua Sarekat Islam Afdeling B di wilayah Garut. Kemudian Haji Adrai memeinta lagi bantuan H. Solaiman, salah seorang pemimpin Sarekat Islam Afdeling B di Tasikmalaya.

Ternyata Haji Adrai dan H. Solaiman, tanpa sepengetahuan H. Ismail yang menjadi ketua Sarekat Islam Afdeling B untuk daerah Priangan, telah bertindak dengan bebas dan sendiri memanfaatkan eksistensi organisasi ini, untuk tujuan melawan Belanda.

Sutrisno Kutoyo dalam Sarekat Islam Lokal bahwa gerakan Haji Hasan Arif itu suatu gerakan murni melawan Belanda, sedangkan reaksi terhadap kesewenang-wenangan Belanda sedangkan tindakan perlawanan itu, juga bersumber dari semangat pergerakan kebangsaan.

Penulis: Dwiky Gustian Nugraha, Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.