Tersirat Makna Pasanggiri Mojang Jajaka Kota Banjar

0
103

BANJAR, ETNOGRAFI.ID–Mojang Jajaka merupakan salah satu Wahana penjaringan potensi putra daerah dalam rangka mewujudkan karakter budaya bangsa. Mojang dan Jajaka bisa menjadi pelopor perkembangan dan menumbuhkan literasi budaya dengan konteks memahami dan mengaplikasikan di tengah masyarakat.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Paguyuban Mojang Jajaka Kota Banjar, Asep Saefudin, Minggu (29/07).

Sebagai daerah wajah Provinsi Jawa Barat, Kota Banjar memiliki segudang pekerjaan rumah. Penataan infrastruktur serta pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) terus dikembangkan karena selain daerah perbatasan Banjar merupakan daerah yang dihuni oleh masyarakat majemuk.

“Hadirnya Mojang Jajaka harus menjadi bagian dari pelaksanaan pendidikan karakter  yang memberikan pemahaman terhadap keberagaman budaya bangsa Indonesia. Targetnya yakni para remaja pelajar dan dewasa yang nantinya sebagai generasi penerus keberlangsungan kehidupan sosial budaya di Kota Banjar dan tujuan besarnya yakni mojang Jajaka itu ikon dan juga sebagai agen yang bisa didelegasikan dalam bidang pariwisata,” ucap dia.

Baca: “Langensari Nyari” Mojang Jajaka Banjar Pelopor Akulturasi Budaya Perbatasan

Salah satu kontestan Moka Kota Banjar tingkat remaja Vincen D mengaku dirinya termotifasi mengikuti ajang pasanggiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman. Menunurut dia orang tua dan guru dari sekolahnya sangat mendukung kegiatan yang mereka jalani, karena kegiatan itu dinilai sangat positif dan akan mengembangkan bakat dan minat dalam meraih cita-citanya.

“Saya bisa belajar hal lain karena disini juga di berikan pengetahuan dan pembelajara bagaimana cara berbicara, berbapaikan dan berbudaya,” ungkapnya

Hal senada diungkapkan Mahasiswa  Pascasarjana UPI, Pendidikan bahasa Sunda Nur Aysiah, menerangkan pernah menjadi mojang pinilih kota Banjar 2016 lalu. Ia mengaku itu adalah sebuah prestasi yang besar bisa terpilih menjadi pinilih Moka Kota Banjar.

“Moka sendiri dituntut harus masagi, masagi disini bisa di artikan harus segala bisa dan itu adalah tantangan terberatnya,” terang Aisyah.

Aisyah yang keseharianya menjadi Guru bahasa Sunda disalah satu SMA di Kota Banjar menambahkan bahwa setelah ia menjadi Moka Ia mejadi lebih banyak kegiatan yang ia lakukan baik dikota banjar maupun di luar Banjar.

“Selain kegiatan kepariwisataan untuk mewakili Kota Banjar, masih banyak kegiatan kenegaraan lainya, tentu Moka selalu dilibatkan,” ucap dia. (Anggoro).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses