CIREBON, TRAVELCUY.com : Apakah kamu pernah dengar atau mencicipi kue tapel? Ya, kue jadul yang sempat populer pada masanya ini merupakan kue khas Cirebon.
Sekilas, kue ini mirip dengan kue modern di supermarket yakni Crepes atau kue Ape. Namun, jika diperhatikan, kue Tapel ini berbeda dengan kue lainnya.
Proses pembuatan Tapel, kata pemilik Remawati dilakukan secara tradisional. Adonan Kue Tapel berbaha kelapa parut yang dicampur dengan tepung beras.
Kedua bahan tersebut diaduk dengan menggunakan air kelapa hingga menjadi adonan. Adonan dicetak manual berbentuk lingkaran di atas kuali wajan yang terbuat dari besi.
Proses mencetaknya menggunakan daun pisang. Lima menit kemudian, adonan Tapel tersebut diberi lapisan ketan agar bentuknya tidak rusak ketika sudah matang.
Tiga menit setelah dilapisi ketan, adonan dibauri Pisang Raja dan gula merah. Biarkan beberapa menit kemudian pisang dan gula merah dipenyet hingga melebur jadi satu dengan adonan.
“Untuk menyatukan pisang dan gula merah harus pakai batok kelapa agar tidak lengket saja,” ujarnya kepada TravelCuy, Rabu (24/1/2018).
Dia menjelaskan, adonan dicetak manual diatas loyang besi agar bagian dasar adonan nampak licin sehingga mudah dingkat. Sebelum menaruh adonan, loyang terlebih dahulu digosok menggunakan batu sela.
Loyang digosok batu sela karena memiliki kandungan seperti minyak. Dia mengatakan, jenis kue kering ini tidak membutuhkan banyak campuran minyak goreng.
“Loyangnya juga sudah tidak ada lagi yang jual ini sudah turun temurun,” tuturnya.

Remawati mengatakan, kue Tapel yang sudah eksis sejak puluhan tahun yang lalu itu tidak mengubah bentuk dan rasanya. Yakni manis, gurih dan kriuk.
Dia mengaku sengaja hanya menjual Tapel dengan satu rasa karena ingin menunjukkan orisinalitas. Selain itu, kue tersebut sudah turun temurun diajarkan keluarga.
“Ceritanya apa dan bagaimana saya kurang tahu persis termasuk asal usul nama,” ungkapnya.
Namun demikian, Tapel yang berlokasi di Jalan Pagongan Gang Alas Demang 3 Kelurahan Pekalangan Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon ini banyak digemari. Di hari biasa, Remawati mampu menjual minimal 50 Tapel.
Jika memasuki libur akhir pekan, Tapel yang terjual lebih dari 100 kue. Rema menyebutkan, satu Kue Tapel dijual Rp 6000 saja.
Dirindukan Masyarakat Perantau
Bagi generasi saat ini atau biasa disebut kids zaman now, mendengar nama Kue Tapel masih dianggap asing. Padahal, kue ini termasuk jajanan tradisional yang banyak dirindukan.
Khususnya masyarakat Cirebon yang menetap di luar daerah. Seperti dikatakan Julianto putra Remawati, bagi orang-orang dahulu, Kue Tapel menjadi salah satu makanan populer.
“Tapi tetap ramai sih karena biasanya orang baru dapat informasi dari temannya bahkan katanya ada di internet,” kata Julianto.
Dia mengaku, usaha Tapel sudah turun temurun. Remawati dan Julianto merupakan penjual Tapel generasi keempat.
(Panji)