Garut Rawan Bencana Nomor Satu di Indonesia, Waspada!
wartapriangan.com, BERITA GARUT. Tingginya angka bencana di musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut semakin meningkatkan kewaspadaan. Dalam prosesnya, BPBD Garut melalui Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (Cesi) kembali melatih para relawan Desa Tanggung Bencana (Destana) yang tersebar di sejumlah kecamatan.
Kepala Pelaksana BPBD Garut, melalui Kepala Bidang Cesi, dr Ade Rusyana, didamping Kasi Pencegahan dan Kasi Kesiapsiagaan, mengatakan ada perwakilan relawan 3 desa yang masuk pada kegiatan pelatihan dan evaluasi tersebut. Ketiga desa tersebut merupakan kawasan dengan bencana besar, mulai ancaman gunung merapi, banjir bandang, dan bencana longsor.
“Sejak tahun 2011 lalu, Garut dinobatkan sebagai kabupaten yang memiliki indeks kerawanan bencana nomor 1 di Indonesia. Hingga saat ini juga, Garut masih disebut sebagai minimarket bencana di Indonesia, karena segala macam bencana ada sehingga penguatan relawan harus selalu dilakukan,” ujarnya, Jumat (4/12).
Ade mengungkapkan, pada pelatihan yang ditujukan untuk antisipasi bencana di musim hujan dilaksanakan mulai Rabu (1/12) hingga Sabtu (5/12), sedikitnya tiga Destana mengirimkan 20 orang relawannya untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan evaluasi. Selama empat hari tersebut, para relawan akan dibina, dilatih, bahkan juga di evaluasi kemampuannya dalam menghadapi bencana dari hal yang terkecil hingga terbesar.
“Ada dua materi yang kita terapkan, yaitu teori di dalam ruangan dan praktek di dalam lapangan. Penyesuaian latihan dilakukan dari tiga ancaman bencana, longsor, banjir, dan gunung meletus, sehingga para relawan ini harus mampu mempraktekan segala materi yang kita berikan di dalam ruangan dan praktek itu,” katanya.
Saat ditanya akan output (tujuan hasil) dari kegiatan antisipasi bencana di musim hujan bersama Destana ini, kata Ade, diharapkan masyarakat lebih peduli lingkungan, memahami potensi bencana yang ada di sekitar, dan jika terjadi sesuatu hal, karena sudah tanggung mereka bisa cepat pulih. Sebelum mengikuti pelatihan, kondisi pemahaman masyarakat akan bencana relatif minim bahkan kurang faham.
“Namun setelah kita memaparkan materi tentang bencana ini, mereka jadi lebih tahu, bahkan mereka bisa memetakan dan sadar berada dimana kapasitasnya saat bencana. Setelah ini, karena pesertanya terbatas untuk 30 orang, kita berharap mereka bisa menularkan pengetahuan setelah mengikuti pelatihan, minimal kepada keluarganya, maksimal kepada warga lainnya di seluruh desa, jadi semua warga memahami tentang bencana dan harus bagaimana nantinya,” katanya.
Dengan dibangkitkannya semangat para relawan ini, Ade memiliki mimpi agar Garut secara umum bisa siaga dan tangguh saat menghadapi bencana. Menurutnya hal tersebut bisa digapai apabila antara pemerintah dan masyarakat saling berkontribusi dalam penanganan bencana yang terjadi.
“Tidak hanya meminimalisir korban, kita bercita-cita saat Garut berkenan bencana bisa nol korban jiwa. Tentu ini membutuhkan proses penyadaran seluruh elemen, sehingga muncul kepedulian dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,” tegasnya. (Jalaludin/WP)