Pengrajin Tasikmalaya Siap Hadapi Pasar Bebas Asia

40

wartapriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Para pengrajin di Kota Tasikmalaya tidak gentar menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pasalnya, untuk menghadapi persaingan pasar bebas di negara tetangga ini, mereka menyiapkan inovasi baru dan meminta pemerintah untuk mendukung pemasarannya.

Sejak diberlakukannya MEA pada akhir tahun 2015 kemarin, para pengrajin kelom gelis di Kota Tasimalaya, menyiapkan berbagai inovasi. Inovasi yang dilakukannya dengan menyiapkan kualitas dan kuantitas barang lebih bagus dari kreasinya, serta siap jual. Seperti yang dilakukan oleh pengrajin kelom gelis di jalan dadaha, Kota Tasikmalaya.

Mereka melakukan inovasi baru, perpaduan antara kelom gelis, batik, bordir dan mendong menjadi satu barang jadi yang siap di pasarkan. Jika dulu kelom gelis hanya dibuat dari kayu, kini dipadukan dengan mendong, bordir dan batik.

Jadi, menurut mereka untuk menghadapi MEA, para pengarajin mengaku tidak gentar, karena Indonesia lebih banyak mengandalkan kerajinan dari sumber daya alam tapi tidak mengandalkan produksi teknologi tinggi.

Pengusaha Kelom Gelis di Kota Tasikmalaya. (Foto: Andri/WP)
Pengusaha Kelom Gelis di Kota Tasikmalaya. (Foto: Andri/WP)

Sementara itu, menurut Ana Nuryana, pengusaha atau perajin kelom batik MEA ini bisa menjadi peluang, ketika pemerintah berani mempromosikan dengan benar,”Indonesia itu punya produksi ini, jadi bagi saya itu tidak terlalu keberatan untuk adanya MEA , ya bagaimanapun harus kita hadapi,” sambungnya.

Dia mengungkapkan, para pengrajin berharap dengan adanya MEA, pemerintah lebih focus kepada UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), karena hanya kerajinan yang bisa diandalkan oleh Indonesia untuk menghadapi persaingan pasar bebas di negara asean.

Untuk menghadapinya, Ana menyebutkan, para pengrajin kelom gelis menyiapkan desain khusus, seperti ukiran baru dan motif batik khas Tasikmalaya, yang akan dilukis ke dalam kelom, meski kapasitas produksi terbatas.

Selain itu, menurut mamat, pembatik kelom gelis yang sulit paling sekodi, karena dua kali proses. Sedangkan untuk pemasaran kelom gelis kali ini hanya tembus ke Jepang, “Ekspor mereka melemah setelah diguncang ekonomi dunia pada tahun 2015 kemarin,” pungkasnya. (Andri/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.