Selesaikan Konflik Pasar Limbangan, Elva Rangkul Pedagang

51

wartapriangan.com, BERITA GARUT. Direktur Utama PT Elva Primandiri, Elva Waniza mengundang para pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Pasar Limbangan (P3L) untuk datang ke kantor pemasarannya. Ia menganggap jika selama ini kurang terjalin komunikasi yang baik antara P3L dengan pengembang sehingga lebih memilih jalur pemerintah (demo ke Bupati) dan audiensi ke dewan dalam menyampaikan aspirasinya.

Kaum muda Limbangan, kata Elva, ia yakini mayoritas kaum muda yang cerdas, dibuktikan dengan banyaknya tokoh muda Limbangan yang menonjol dan diakui di negeri ini. P3L yang selama ini melaskanakan aksi terkait revitalisasi pasar ia ketahui apa yang menjadi tujuan utamanya, yaitu terkait harga, penempatan, perijinan, dan bentuk bangunan.

“Saya selalu memonitor apa yang anak-anaku P3L sampaikan di setiap aksi dan audiensikan, dan apa yang disampaikan ini terjadi karena kurangnya komunikasi. Oleh karena itu dalam menyikapi permasalahan tersebut saya selaku Dirut PT EP mengundang dengan tulus kepada P3L untuk datang ke kantor pemasaran pengembang untuk menjelaskan apa yang dipermasalahkan,” ujarnya.

Diluar undangan tersebut, Elva mengatakan dengan segala permasalahan yang diutarakan ia ingin memberikan jawaban selaku pengembang sekaligus kontraktor yang membangun. Untuk jenis bangunan tiga lantai, ia menjelaskan jika hal tersebut dasarnya penyesuaian jumlah pedagang existing ditambah konpensasi milik pengembang dengan luas tanah yang terbatas.

“Kami berusaha mendesain sedemikian rupa agar setiap lantai dapat dijangkau dengan mudah dan tidak melalui tangga berliku sehingga menyebabkan kelelahan pedagang atau pembeli. Oleh karena itu kami menyediakan eskalator dari lantai satu ke lantai dua supaya lebih mudah lagi dan yang lanjut usia dapat ditemani keluarga berbelanja sehingga menjadi kebahagiaan tersendiri tentunya,” katanya.

Di lantai dua tersebut ia mengaku sengaja menempatkan los-los dan juga kios dengan jumlah sesuai kebutuhan dan menjual segala macam keperluan dapur, sandang, dan juga pangan. Logika yang ingin ia bangun adalah konsep pasar tradisional modern dimana yang dicari adalah kebutuhan dapur dan kebutuhan sehari-hari yang lengkap sehingga mau tidak mau dan suka tidak suka lantai dua akan menjadi tempat favorit kaum ibu untuk belanja dan memilih barang kesukaannya.

“Kami juga menempatkan sentral anjungan tunai mandiri (ATM) disana, termasuk food court dan sarana prasarana lainnya disana. Ketika keramaian tercipta, maka segala fasilitasnya harus terpenuhi termasuk sarana ibadah demi kesempurnaan para pembeli dalam belanja dan pedagang, itu yang ingin kami berikan dan fasilitasi,” tegasnya.

Selain hal tersebut, Elva mengaku jika pengembang memiliki kewajiban dalam menciptakan suasana ramai pembeli di setiap lantai yang ia bangun, tidak hanya membangun fisik pasar yang megah saja. Ia mengaku tidak ingin menari diatas penderitaan pedagang sehingga ia terus memikirkan dan mencari inovasi agar para pedagang bisa laris manis jualannya, barangnua dibeli oleh pembeli.

“Sampai saat ini saya terus dan selalu mencari inovasi bagaimana caranya agar semua lantai, termasuk lantai dua ramai dikunjungi pembeli, Itu merupakan bagian yang harus kami lakukan sebagai wujud tanggung jawab kami kepada pedagang selaku pengembang. Tentunya kami akan berusaha sekuat tenaga berinovasi terus tanpa lelah sampai pedagang puas maksimal,” akunya.

Diluar dari inovasi yang terus ia fikirkan, dalam fasilitas pun pihak pengembang sudah membangunan RAMP jalan untuk kedandaraan menuju lantai satu-dua. Hal tersebut memiliki fungsi agar mereka yang membawa dagangan tidak perlu menenteng dengan berat, namun merasa dimudahkan dengan fasilitas yang diberikan tersebut.

“Kami juga melakukan penataan pasar dengan rapi, kami tata sesuai jenis dagangan yang dijualnya agar mempermudah pembeli dalam berbelanja barang yang dibutuhkan. Zonning sudah kami fikirkan mengacu pada pasar-pasar tradisional setara dan insya Allah pasar Limbangan tidak akan mengecewakan karena penempatan kios dan los sudah kami desai semenarik mungkin,” ucapnya.

Meski demikian, Elva mengaku sadar terkait kekhawatiran akan sepinya lantai dua yang selama ini diaspirasikan oleh P3L, termasuk akan meruginya pedagang jika berjualan di lokasi tersebut. Kondisi tersebut kemudian menjadi pertanyaan tersendiri tentang bagaimana cicilan ke bank, itu ke khawatiran pedagang bila menempati lantai dua.

“Kami juga memikirkan hal tersebut, sama-sama kita lihat nanti dan jika sepi kami akan turut serta bertanggungjawab akan hal tersebut untuk mencari jalan keluarnya. Tapi kami yakin se yakin-yakinnya jika lantai dua ini akan lebih rame dibanding lantai dasar dan satu, kita lihat saja nanti karena kami akan berjuang untuk pedagang,” ungkapnya.

Kemudian terkait masalah harga, lanjut Elva, sesuai kerangka acuan kerja dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut untuk pedoman harga tender adalah pada harga Rp 12 juta per meter persegi.  Harga tersebut merupakan hasil hitungan cermat konsultan perencana PT EP dapat diterimanya, namun dalam pertemuan di kantor pengembang selama 10 menit angka tersebut berubah dan diturunkan menjadi Rp 9,5 juta per meter persegi setelah negosiasi dengan mantan ketua P3L, Deden Barkah.

“Disinilah pergulatan bathin kami selaku pengembang dengan jajaran perusahaan semakin meruncing karena puluhan milyar harus kami pangkas. Dan penurunan harga itu menjadikan direktur keuangan dan marketing mengundurkan diri, disusul project manajer kami keluar karena ketakutan atas manuver kami yang menurunkan harga tanpa analisa dan persetujuan staff yang mati-matian sudah membantu,” jelasnya.

Mundurnya sejumlah staff, diakuinya hal tersebut karena adanya kekhawatiran jika perusahaan akan mengalami kerugian jika harga yang disepakati Rp 9,5 juta per meter persegi. Dengan harga tersebut menurut mereka para staff mau tidak mau harus menurunkan spect atau kualitas bangunan.

“Akan tetapi dengan idealismenya seorang Elva Waniza, spect bangunan tidak saya turunkan sama sekali tapi justru saya tambah dengan lebih bagus walau cost pembangunan naik. Kenaikan harga meterial pun sempat kita alami dua kali di tahun 2014-2015 akibat melorotnya nilai tukar rupiah dan gejolak kenaikan harga BBM sehingga material major seperti besi dan alat-alat listrik melonjak tinggi,” paparnya.

Selain itu, lamanya pembangunan yang seharusnya bisa diselesaikan dalam 1,5 tahun, dimana peletakan batu pertama 18 november 2013 seharusnya selesai April 2015. Permaslaah ijin mendirikan bangunan (IMB ) masuk perkara di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negera (PTUN). Hal tersebut diakuinya turut andil memperlambat laju pembangunan sehingga Elva secara terbuka meminta agar dinas terkait lebih jeli dan teliti dalam mendalilkan perijinan di masa mendatang.

“Sekaligus saya juga menyampaikan terima kasih kepada P3L yang telah mengkoreksi IMB, karena kami punya cita-cita besar kelak  Pasar Limbangan menjadi percontohan dalam segala hal, termasuk legal formal. Saya yakin suatu saat nanti pemerintah daerah kabupaten Garut akan didatangi daerah lain untuk study banding seperti apa pasar yang ideal, dan Pasar Tradisional Modern Limbangan lah tempatnya,” ungkapnya yakin.

Kemudian untuk terkait penempatan, hal tersebut diakuinya sebagai masalah krusial yang ia prediksi tidak akan mudah. Elva memikirkan bagaimana cara terbaik agar semua pedagang bisa menempati semua kios dan los sesuai surat ijin dan jenis dagangan yang mereka jual.

“Kami selalu pengembang melakukan penjualan kios dan los sudah sesuai regulasi yang benar, dimana kami persilakan membeli sesuai prinsip siapa yang datang duluan kami layani dan pedagang tersebut dapat memilih tempat yang ada. Seorang anak presiden pun tidak akan kami istimewakan, dan kami meyakini semua jongko di Pasar Limbangan insya Allah mudah dijangkau dan pasti akan didatangi pembeli di sudut manapun dan lantai berapapun itu,” ujarnya.

“Masalahnya sekarang kita harus memikirkan bersama pejuang yang dalam hal ini adalah P3L, karena suka atau tidak suka, mau tidak mau P3L yg telah berjuang menurunkan harga dg jumlah yg sangat signifikan dan menguntungkan para pedagang tentunya. Kita jangan menutup mata dan telinga dalam hal ini, walau memang kami selaku pengembang kami pernah diingatkan, ibu yang sabar dihina, dicaci maki, dibully tanpa henti oleh P3L, dan saya jawab biar saya disakiti, biar dikatakan miskin, orang tolol, keras kepala silakan saja, yang penting jangan ada yang disakiti dan dirugikan, saya bekerja utk kemaslahatan orang banyak,” tegasnya.

Meski selama ini ia mengaku selalu diam saat banyak diperlakukan kurang menyenangkan, ia menegaskan bila tidak merusak bangunan, tidak melakukan pemukulan kepadanya silakan saja, karena demo adalah hak semua warga negara dan sudah ada aturan mainya dan lebih baik fokus kepada pekerjaan saja. Ia juga secara sportif mengapresiasi apa yang dilakukan P3L termasuk kepada H Basar yang ia nilai cukup santun, selalu mencium tangan bila bertemu dirinya.

“Menurut hemat saya pemerintah baik eksekutif maupun legislatif cukup memfasilitasi duduk bersama untuk mencari solusi agar semua pedagang dapat masuk ke pasar Limbangan tempat mereka mencari nafkah puluhan tahun tampa kecuali. Asal jgn lg membahas harga, bentuk bangunan yang sudah jadi, IMB yang sudah sah, mari kita bahas bagaimana semua pedagang existing bisa menjadi tuan rumah di pasar tempat mereka berdagang, titik,” tegas Elva lagi.

Yang terjadi selama ini ia nilai hal yang bersifat teknis dan bisa diskusikan bersama-sama demi kemaslahatan umum yang di gadang-gadang tanpa ada yang harus tersakiti dan dirugikan. Selaku pengembang, ia mengaku sangat siap menunggu usulan-usulan P3L dengan terbuka untuk membahas bersama-sama sampai tuntas karen ketersediaan waktu dimana pedagang sudah harus meninggalkan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang akan menimbulkan konflik baru dengan masyarakat sekitar karena fungsi lahan fasilitas umum yang sudah berubah jadi lahan bisnis.

“Kemampuan anak-anakku dari P3L sudah terbukti tanpa bisa kita pungkiri, namun saya disini mengajak semua pedagang Pasar Limbangan agar bersama-sama membangun roda perekonomian dengan saling memaafkan dengan cara melupakan kesalahan masa lalu untuk menatap masa depan yang lebih baik demi kesejahteraan bersama. Saya sengaja menyampaikan semua ini karena saya rasa sudah saatnya dengan sudah selesainya bangunan pasar yang kita dambakan, Salam Sukses Penuh Kedamaian dari saya Elva Waniza,” tutupnya. (Jalaludin/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.