Dosen di Garut Menolak Keras LGBT Masuk Kampus
wartapriangan.com, BERITA GARUT. Munculnya lembaga konseling Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC) di Universitas Indonesia (UI), ternyata sangat berdampak negatif. Akibatnya memunculkan kembali isu lesbian,bisexual dan transgender di berbagai tempat termasuk di Kabupaten Garut.
SGRC UI dianggap sebagai komunitas yang mendukung adanya LGBT di lingkungan kampus. Padahal sudah jelas perilaku seperti itu sangat dilarang dalam ajaran Islam. Akan tetapi sepertinya publik lebih
dibuat penasaran dengan keberadaan kaum LGBT di Indonesia. Sehingga kehadiran organisasi itu seakan merupakan sarana keingintahuan publik.
Keingintahuan publik terhadap komunitas yang memang dilarang baik oleh agama maupun UU ini ternyata sangat besar. Seperti berapa jumlah komonitas gay, lesbi dan yang lainnya di Indonesia. Namun jumlah atau data komonitas tersebut belum memiliki data yang kongkrit.
Pada tahun 2012, catatan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan, ada 1.095.970 gay yang tersebar di seluruh Indonesia. Ya, memang bukanlah jumlah yang sedikit, bahkan seorang aktivis hak-hak LGBT, Dede Oetomo pada salah satu media online nasional sempat menjelaskan bahwa setidaknya tiga persen penduduk Indonesia adalah kaum LGBT.
Menyikapi hal tersebut, Ahmad Wildan, Pembantu Dekan 1 Fikom UNIGA buka suara. Ahmad Wildan mengemukakan bahwa LGBT tersebut merupakan ranah personal atau pribadi,
Namun secara pribadi maupun institusi Ahmad Wildan menegaskan, menolak dengan tegas masuknya LGBT ke wilayah komunitas kampus,terlebih apabila LGBT tersebut ke mahasiswa atau mahasiswi di kalangan kampus, apalagi di wilayah Garut.
Lebih jauh Ahmad Wildan mengatakan, tren ini semakin meningkat seiring dengan banyaknya produk-produk budaya populer yang masuk ke Indonesia. Seperti film tentang gay, akibatnya membuat orientasi berbeda sudah lumrah, dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Wildan tidak memungkiri, jika kebanyakan tren LGBT memang menyerang anak-anak muda, karena diumur mereka tersebut biasanya paling mudah mengikuti arus.
”LGBT akan tumbuh di kalangan anak muda yang memang terpapar dengan promosi, orientasi seksual yang berbeda. Bisa ada di sekolah, kampus, dan sebagainya. Sekarang LGBT sudah menjadi tren di dunia, dan yang paling cepat menerima memang anak-anak muda. Seringnya menyaksikan tontonan tentang kehidupan menyenangkan kaum LGBT yang ada di luar negeri. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong utama yang membuat kaum LGBT Indonesia semakin percaya diri,” pungkasnya. (Yayat Ruhiyat/WP)