Pergerakan Tanah di Garut Akibatkan Ratusan Rumah Rusak, Ratusan Jiwa Harus Mengungsi

31

wartapriangan.com, BERITA GARUT. Bencana tanah longsor dan pergerakan tanah di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet merupakan perbuatan manusia. Di mana lahan pegunungan yang dirambah dijadikan lahan pemukiman serta cocok tanam. Sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem dan bencana pun terjadi. Bahkan bencana longsor dan pergerakan tanah yang terjadi Jumat (21/2) yang lalu hingga kini masih meninggalkan duka dan trauma bagi warga sekitar.

Bencana itupun mengakibatkan ratusan rumah milik warga rusak berat dan tidak mungkin lagi untuk bisa ditempati. Karena selain tingkat kerusakanya yang cukup parah, juga dikhawatirkan terjadi bencana susulan.

Sementara Pemerintah Kabupaten Garut menurunkan tim dari PVMBG yang diterjunkan langsung ke lokasi pergerakan tanah. “Di sana mereka melaksanakan tugas untuk meneliti peristiwa pergerakan tanah tersebut,” jelas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Dadi Zakaria.

Rencana tim tersebut akan berada di lokasi bencana selama tiga hari. Mereka melakukan penelitian sampai mengevaluasi pergerakan tanah yang telah menyebabkan berbagai infrastruktur di dua dusun di Desa Sindangsari rusak.

Dadi menyebut jumlah warga yang dipindahkan ke tempat penampungan sementara ini mencapai 91 kepala keluarga (KK) atau 278 jiwa. Mereka ditampung di tiga tempat wilayah Dusun Ciawi.

pergerakan tanah di garutRatusan warga ini sudah ditampung sementara ke tiga titik, yaitu pada dua tenda pleton milik Dinsosnakertrans Garut, serta satu bangunan yang disediakan Pemerintah Desa Sindangsari.

Sedangkan jumlah rumah rusak di Dusun Ciawi dan Lengkong adalah sebanyak 127 unit yang terdiri dari 43 rumah permanen dan 84 lainnya rumah panggung. Kerusakan yang dialami rumah permanen yaitu mengalami retakan pada dinding dan lantai, sementara rumah panggung berubah posisi dan miring karena tanah di bawahnya ambles. Selain 127 unit rumah rusak, BPBD Garut pun menerima laporan sebanyak 200 unit rumah lainnya terancam.

Sementara itu Unit Pelaksana Teknis Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kecamatan Cisompet, Dani Muldani, menyatakan bencana berupa pergerakan tanah yang terjadi di Desa Sindangsari
kemungkinan besar disebabkan faktor kesalahan manusia. Maraknya pembukaan lahan yang dilakukan warga telah menyebabkan akhir-akhir ini di daerah tersebut banyak lahan perbukitan yang kini berubah menjadi lokasi pemukiman dan pertanian.

“Banyak lahan yang telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian atau permukiman warga di daerah tersebut. Akibatnya banyak pepohonan yang ditebang sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkat kerawanan bencana,” komentar Dani.

Menurut Dani, tingkat kebutuhan lahan di daerah tersebut saat ini memang sudah tergolong tinggi seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk. Tak aneh kalau kasus alih fungsi lahan di daerah ini tinggi.

Kerawanan bencana pergerakan tanah di daerah ini, tambah Dani, diperparah dengan keberadaan sebuah sungai di bagian atas lahan permukiman warga. Air dari sungai ini diduga merembes ke ke dalam tanah dan mengakibatkan terjadinya retakan tanah yang terus membesar.

Masih menurut Dani, dari sekitar 500 pengungsi, sebagian besar didominasi ibu-ibu, ibu hamil dan balita. Para  pengungsi juga sangat membutuhkan bantuan kesehatan dan logistik untuk balita. (Yayat Ruhiyat/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.