Petani Resah, Hujan dan Angin Kencang Terus Menerjang Garut
wartapriangan.com, BERITA GARUT. Para petani padi di Kabupaten Garut khawatir, hujan deras yang disertai angin kencang yang terjadi akhir-akhir ini dapat merugikan hasil panennya. Sebab tidak menutup kemungkinan, hujan deras yang disertai angin kencang itu suatu ketika akan merobohkan tanaman padi mereka yang masih muda. Apalagi dalam sepekan ini curah hujan di Kabupaten Garut cukup tinggi dan hampir terjadi setap hari.
Memang banyakpara petani yang sudah mengalami kerugian akibat tanaman padi mereka yang masih muda roboh diterjang angin dan hujan. Terutama di wilayah Garut Selatan. Dan bukan hanya terjadi di wilayah Garut Selatan saja, akan tetapi kejadian serupa banyak pula dialami para petani lainnya di wilaah Kabupaten Garut.
Seperti dikatakan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Garut,Endang Solihin, menurutnya diperkirakan puluhan hektar sawah di Kabupaten Garut saat ini rusak diserang angin kencang. Sehingga tanaman padi tersebut roboh. Apalagi kalau intensitas hujan dan angin kencang terus tinggi, maka tanaman padi mereka aan rusak dan tidakdapat dipanen.
“Sudah roboh, hujan akan terus membenamkan padi, pasti panen akan turun,” katanya, Minggu (6/3).
Lebih jauh Endang Solihin mengatakan, kerugian biasanya sekitar 40 persen, tetapi tergantung kapan waktu angin kencang itu melanda. Jika menerpa saat padi baru berusia 3-4 minggu, dikhawatirkan bisa kosong semua karena butir baru tumbuh dan belum tentu berisi semua.
Sementara diwilayah Kecamatan Tarogong Kidul, Ketua Kelompok Tani Tibelat Kelurahan Sukajaya Kecamatan Tarogong Kidul, Endi Riswandi memperkirakan di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler saja ada beberapa hektar sawah yang roboh akibat diterjang angin kencang dan diguyur hujan. Kondisi seperti ini jelas Endang, sangat buruk dan bisa merugikan para petani.
Endi menerangkan, ketika padi roboh, dipastikan akan terjadi penurunan produksi pada panen nanti. Dia memperkirakan, berkurangnya hasil panen bisa mencapai 60 persen dari total gabah kering giling. Bahkan lebih buruknya lagi, para petani hanya bisa memproduksi gabah kurang dari 40%. (Yayat Ruhiyat/WP)