Demi Hidupi Keluarga Remaja di Ciamis Ini Terpaksa Putus Sekolah

31

wartapriangan.com, BERITA CIAMIS. Kehidupan adalah mimpi bagi yang bijaksana, permainan bagi yang bodoh, komedi bagi yang kaya, tragedi bagi yang miskin. Itulah kutipan kalimat dari sastrawan Sholom Alaichem.

Rupanya memang hidup ini adalah sebuah tragedi bagi Hilmi (17). Salah satu anak dari program PPA-PKH asal Dusun Cikuya RT 07 RW 02 Desa Langkapsari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis.

“Sanajan teu sakola, hayang jadi Polisi mah (walaupun tidak sekolah, tapi tetap ingin jadi Polisi),” kata ini yang selalu diucapkan oleh Hilmi ketika bercanda dengan teman satu shelter (tempat pembinaan dan pelatihan program Pengurangan Pekerja Anak-Program Keluarga Harapan (PPA-PKH))

Septian Hilimi Agustin, itu nama panjangnya. Ia tinggal bersama ibu kandungnya, Elis (43) dan bapak tirinya, Endi Hermawan (27). Mereka termasuk dalam keluarga tidak mampu. Keadaan ekonomi yang kurang memaksa Hilmi meninggalkan bangku sekolahnya.

Tidak sekolah, Hilmi malah menjadi  seorang kernet truk pengangkut kayu. Hal itu terpaksa ia lakukan demi menghidupi ibu dan adik-adiknya. Dalam satu ritase (muat dan bongkar barang) ia rela dibayar hanya dengan uang Rp 25 ribu.

Bayangkan saja, di usia yang masih dini Hilmi bekerja mulai dari pukul 04.00 WIB., subuh sampai pukul 21.00 WIB. Dengan penghasilan sebesar itu, berapa banyak kebutuhan yang bisa dipenuhi dalam satu hari, sungguh jauh dari sekedar cukup.

Pekerjaan seperti itu dapat membahayakan tumbuh kembang anak. Anak yang seharusnya bermain dengan teman sebayanya dan mengemban pendidikan di bangku sekolah, kini dirampas karena berlatarbelakang ekonomi rendah. Miris memang.

Elis rela menjual beras yang tersedia untuk makan mereka sehari-hari hanya sekedar membiayai ongkos sekolah adik-adik Hilmi.

Namun tak hanya sampai disitu, detik waktu masih harus terus berputar. Dan kehidupan yang dijalani Hilmi dan keluarga harus berubah. Itulah yang mendasari Hilmi untuk kembali bersekolah.

Harapan sangatlah besar, sehingga ia sangat berantusias mengikuti program PPA-PKH ini. Hilmi yakin itu merupakan salah satu jalan dalam mengejar cita-citanya.

“Seandainya saya orang kaya, saya mungkin sekarang bisa sekolah dan mengejar cita-cita,” ujarnya kepada Neneng Yuniar (42) pendamping PPA-PKH wilayah Banjarsari, Kabupaten Ciamis.

Anak lulusan SMPN 1 Sijuk, Kabupaten Belitung ini bercita-cita menjadi seorang polisi. Dengan alasan, menjadi Polisi adalah tugas yang mulia. Karena tugas Polisi adalah melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat yang membutuhkan.

“Motivasi saya mengikuti program ini karena saya ingin menggapai cita-cita saya dan ingin kembali bersekolah serta ingin membahagiakan orang tua dan keluarga saya,” ujar Hilmi.

Dari penilaian pendamping PPA-PKH, Hilmi adalah anak yang supel, ceria walaupun latar belakangnya bisa disebut keras, tak jarang orang bisa menghadapinya pada usia seperti itu.

“Pesan saya agar tetap besemangat jangan pantang menyerah untuk berubah ke arah yang lebih baik,” ujar Neneng Yuniar.

Hilmi berjanji akan terus berusaha mengejar cita-citanya. Meski kemungkinan untuk meraihnya sangat kecil. Tapi ia yakin Tuhan akan terus memeluk mimpinya. Justru jika berhenti bercita-cita, bagi Hilmi adalah tragedi terbesar dalam hidupnya. (Tony Berlianto Wibowo/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.