Mengenal Tradisi ‘Kaliwonan’ di Pangandaran

115

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Tradisi kaliwonan merupakan salah satu budaya memandikan bayi lima tahun (balita) yang diwariskan oleh orang tua dulu kepada turunannya yang hingga saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat di Pangandaran.

Tradisi tersebut merupakan salah satu budaya yang tidak mengalami pergeseran dari mulai tatacara dan prakteknya meskipun terjadi perkembangan jaman dan hanya dilakukan setiap hari yang jangkepnya kaliwon.

Foto : Iwan Mulyadi/wartapriangan.com
Foto : Iwan Mulyadi/wartapriangan.com

Salah satu Ibu Kaliwon Nenek Idhe, 58, asal Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih mengatakan, pelaku kaliwonan merupakan tradisi yang diturunkan secara estapet sehingga tradisi ini hanya bisa dilakukan oleh turunan yang leluhurnya memiliki keahlian kaliwon.

“ Tradisi mandi kaliwonan balita diyakini sebagai salah satu tradisi supaya anak balita ada dalam keberkahan, keselamatan hidup, fisiknya sehat dan memiliki aura daya tarik anak,” kata Nenek Idhe.

Praktek kaliwonan dilakukan kepada balita dengan cara memandikan menggunakan air bunga yang telah dibacakan do’a sambil dipijit dibagian tubuhnya.

“ Air bunga untuk mandi kaliwon balita pun ada ketentuannya diantaranya ada uang recehan jaman dulu yang terbuat dari logam benggol bergambar Ratu Wihelmina dan batu alam khusus yang memiliki keramat,” tambahnya.

Tradisi kaliwonan balita juga dijadikan sebagai ajang sarana silaturahmi warga dan ajang diskusi berbagi pengalaman antara ibu-ibu selama mengurus anaknya sehingga bermanfaat secara sosial.

“ Tradisi ini dilakukan empat kali dalam satu bulan setiap kaliwon, namun lebih dominan pada kaliwon gede yang terjadi pada hari Jum’at kaliwon,” pungkas Nenek Idhe.

Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Adat dan Masyarakat Hukum Adat Erik Krisnayudha mengatakan, tradisi ini memiliki keunikan yang khas sebagai ciri masyarakat yang memiliki nilai budaya yang luhur.

“Secara ilmiah tradisi ini merupakan salah satu upaya pendidikan anak karena manusia secara prinsip mengalami pendidikan sejak berada dalam kandungan,” kata Erik.

Erik menambahkan, hasil observasi yang pernah dilakukan pihaknya ada perbedaan prilaku pada anak yang sering di kaliwonkan dengan yang tidak di kaliwonkan.

“Jika anak yang sering di kaliwon prilakunya baik serta prilakunya tidak nakal dan tidak cengeng. Artinya tradisi kaliwonan ini sebagai pendidikan kultural karena menanamkan praktek secara spirit,” pungkasnya. (Iwan Mulyadi/wartapriangan.com)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses