Pangandaran Waspada HIV/AIDS!

30

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Pemerintah Kabupaten Pangandaran akan menyediakan “Voluntary Counseling and Testing” (VCT) di empat puskesmas di Kabupaten Pangandaran. Keempat Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Pangandaran, Cikembulan, Parigi dan Cimerak. Namun akan dipusatkan di Puskesmas Parigi.

Hal tersebut terungkap saat berlangsung diskusi antara Matahati, AHF Indonesia dan awak media sehubungan dengan rencana kegiatan kampanye internasional kondom, yang akan dilaksanakan pada Rabu 14 Pébruari 2017 mendatang.

Pada kesempatan tersebut Yadi Sukmayadi, S.Kep, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, mengatakan sosialisasi kepada masyarakat terkait keberadaan HIV/AIDS harus terus dilakukan termasuk oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan serta LSM peduli AIDS di Kabupaten Pangandaran.

Saat ini di Kabupaten Pangandaran sedikitnya ada 20 yang teridentifikasi positif HIV-AIDS. Tiga diantaranya ibu rumah tangga dan diketahui saat sedang hamil. Artinya suami berikut bayinya juga positif.

Keberadaan HIV/AIDS seperti “fenomena gunung es”, artinya dipermukaan sangat sedikit kelihatan atau terdata penderita HIV, namun sebenarnya di lingkungan masyarakat kemungkinan lebih banyak.

Yadi menyarankan masyarakat melakukan konseling kesehatan secara sukarela untuk mencegah penularan penyakit seperti penyebaran virus yang menyerang kekebalan tubuh atau HIV/AIDS.

“Sebaiknya melakukan tes itu khususnya mungkin bagi masyarakat pranikah, tetapi harus jujur untuk mengetahui ada tidaknya penyakit menular,” katanya.

Hal Senada disampaikan Koordinator Yayasan Matahari Jawa Barat Agus Abdullah. Menurutnya semakin dini diketahui adanya penyakit akibat virus “Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)” itu, maka penanganan kesehatannya dapat segera dilakukan.

Agus menambahkan, saat ini pihaknya sedang mendampingi sebanyak 17 dari 20 orang penderita HIV/AIDS dari Kabupaten Pangandaran, setelah 3 orang diantaranya meninggal dunia. Namun di luar jumlah itu diyakini masih banyak kasus yang belum terungkap atau terdata.

Ia mengakui bahwa saat ini jumlah kasus HIV sejak pertama di temukan di Pangandaran pada tahun 2001 semakin meningkat dan sebagian besar dialami melalui hubungan seksual heterogen.

Untuk kasus pada anak-anak yang hidup dengan HIV menghadapi beban ganda masalah kesehatan dan masalah sosial. Stigma dan diskriminasi masih tinggi di antara orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dan ini diperparah ketika anak berstatus yatim piatu.

“Selain itu, anak-anak yang hidup dengan HIV juga sangat rentan masalah kesehatannya. Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang hidup dengan HIV mengalami gangguan perkembangan psikomotor serta penyakit yang berkaitan dengan pencernaan.

HIV-AIDS tidak hanya diderita oleh kelompok-kelompok dengan resiko tinggi serta orang dewasa, namun juga pada kelompok resiko rendah seperti anak anak. Kemungkinan besar, anak anak ini tertular HIV dari orang tuanya,”kata Agus.

Agus menambahkan Gizi merupakan bagian penting dalam mempertahankan kualitas hidup ODHA. Kebutuhan gizi orang yang hidup dengan HIV akan meningkat seiring dengan perkembangan virus di dalam tubuh. Tubuh memerlukan zat gizi untuk melawan virus HIV agar dapat mempertahankan kehidupan yang lebih panjang. (Iwan Mulyadi/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses