Kenaikan Harga Cabai Rawit Ternyata Turut Mendongkrak Inflasi
wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Kenaikan harga cabai rawit merah yang cukup signifikan menjadi salah satu perhatian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten/kota se Jawa Barat. Apalagi, keberadaannya merupakan salah satu dari sepuluh komoditas yang mengalami kenaikan tertinggi.
“Kenaikan harga cabai rawit jadi indikator penilaian inflasi. Setiap bulan kita evaluasi perubahan inflasi dan deflasi,” kata Ketua Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ismet Inono, di Pangandaran.
“Nilai tersebut dipicu perubahan harga beberapa komoditas yang tergabung dalam seluruh kelompok,” katanya.
Saat in TPID dari seluruh daerah di Indonesia melakukan serangkaian pertemuan dengan koordinasi membahas inflasi, terutama upaya menyingkapi cara pengendalian inflasi di setiap daerah. “Termasuk melakukan berbagai langkah untuk menekan inflasi,” kata Ismet.
Ismet mengatakan pemerintah daerah tidak menutup mata dengan kenaikan harga cabai rawit merah. Langkah melakukan menstabilkan harga telah menjadi prioritas utama, melalui operasi pasar. Hanya saja, terbentur pasokan tidak ada, upaya tersebut tidak bisa maksimal dilakukan.
“Mau bagaimana menggelar operasi pasar kalau produk atau komoditasnya tidak ada,” ujarnya.
Sementara Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan akar dari permasalahan dalam kenaikan harga cabei rawit adalah ketidakberpihakan dan kurangnya perhatian pemerintah kepada petani.
Warino menegaskan persoalannya ada pada regulasi distribusi sehingga harga melambung tinggi sementara petani tidak memperoleh keuntungan yang signifikan terkait naiknya komoditas cabai rawit.
Dia mencontohkan saat ini harga cabai rawit mencapai Rp. 110.000,- per kilogram, sementara ditingkat petani produksi mereka hanya dibeli seharga Rp.18.000,- per kilogram.
“Dengan demikian para petani tidak memperoleh keuntungan signifikan dari harga dipasaran,”jelas Warino kepada Warta Priangan Rabu (22/3) siang tadi.
Saat ini lanjutnya, di Kabupaten Pangandaran sudah beberapa petani yang melakukan budidaya cabai rawit skala besar, Seperti di Cikalong Kecamatan Sidamulih, Padaherang dan beberapa wilayah lannya. Bahkan yang di Kecamatan Sidamulih luasnya mencapai lima hektar yang dikelola secara swadaya.
Sebetulnya, kata Warino, masyarakat tidak perlu cemas dengan kenaikan harga cabai rawit merah atau cabai sejenisnya bila masyarakat mengantsipasi sebelumnya. Misalnya masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanaman berbagai jenis holtikultura.
“Jauh sebelumnya, kami sering mengeluarkan imbauan agar warga mengoptimalkan pekarangan rumahnya. Di antaranya, memanfaatkan dengan menanam berbagai komoditas, seperti cabai rawit,” pungkasnya. (Iwan Mulyadi/WP)