Miris! Peralatan SAR di Ciamis Minim
wartapriangan.com, BERITA CIAMIS. Berdasarkan data, Kabupaten Ciamis menempati urutan ke-5 di Provinsi Jawa Barat serta urutan ke-22 di Indonesia termasuk daerah yang paling rawan bencana. Bencana yang kerap terjadi di Ciamis adalah banjir dan tanah longsor.
Namun, tingginya angka rawan bencana tersebut berbanding dengan peralatan SAR yang dimiliki. Terutama perahu sebagai alat utama penyelamatan jika terjadi bencana banjir.
Menurut Ketua Search And Rescue (SAR) Jeram Seribu Kabupaten Ciamis, Yayan Herdiana, jika terjadi bencana banjir Tim SAR akan sangat kerepotan. Pasalnya saat ini perahu yang biasa dipakai untuk operasi SAR menggunakan perahu milik SAR Jeram Seribu. Itupun merupakan perahu hasil membeli dengan kredit. Milik perorangan dari salah satu anggota SAR dan kondisinya pada saat ini sudah mulai banyak yang bocor dan tidak layak pakai.
Sementara itu perahu milik BPBD Kabupaten Ciamis kondisinya pun sama, sudah rusak dan tidak layak pakai dari beberapa tahun yang lalu.
“Tidak terbayang saat ada banjir besar di Ciamis, lalu banyak korban yang harus diselamatkan dan menyelamatkannya harus dengan perahu, karena tidak mungkin dengan berenang bisa membahayakan penolong dan korban. Satu nyawa itu terlalu banyak untuk dikorbankan,” ungkap Yayan.
Maka itu, ia berharap kepada Pemerintah Kabupaten Cimis agar memfasilitasi kebutuhan alat SAR agar jika terjadi bencana bisa ditangani dengan baik dan tidak banyak memakan korban. “Jika dilihat dari kondisi Ciamis, perahu River Boot (RB) lebih sering dipakai untuk digunakan dalam operasi SAR di air,” jelasnya.
“Memang saat ada korban hanyut, orang bunuh diri ke sumur, banjir atau longsor pasti dari kepolisian, inafis, pemerintah maupun masyarakat selalu menghubungi kita agar SAR untuk cepat melakukan opsar dan evakuasi,” lanjutnya.
Namun keterbatasan sarana prasarana kerap membuat SAR tidak bisa bergerak cepat. Selain perahu, kendala lainnya adalah SAR tidak memiliki kendaraan operasional. ” Sempat memang beberapa kali bahkan sering mendapat laporan korban hanyut di Sungai Citanduy. Kita bingung harus berangkat ke lokasi membawa perahu dan peralatan lainnya menggunakan apa karena SAR tidak memiliki kendaraan operasional. Dan akhirnya kita berangkat menggunakan angkot dan mobil pinjaman dari BPBD. Kami sangat berharap memiliki kendaraan operasional sendiri agar jika terjadi situasi dadurat kami dapat dengan cepat menuju lokasi,” jelasnya. (Pujitio/WP)