Marak Isu Pituin Jelang Pilkada Ciamis, PATAKA Angkat Bicara

67

wartapriangan.com, PILKADA CIAMIS. Maraknya baliho bakal calon bertema Pituin Ciamis mendorong salah satu organisasi masyarakat di Ciamis angkat bicara. Adalah PATAKA (Paduli ka Taneuh Kota), komunitas yang beberapa waktu lalu berhasil memediasi konflik pertanahan di wilayah perkotaan Ciamis. Menurut PATAKA, maraknya isu pituin menjelang Pilkada Ciamis perlu  mendapat tanggapan.

“Isu ini sampai ke pelosok-pelosok daerah, sudah cukup lama kami berharap ada yang bicara. Tapi tidak ada. Jadi biar kami saja yang bicara,” terang Toni Ichlas, Pembina PATAKA, saat bersilaturahmi ke Kantor Redaksi Warta Priangan.

Menurut Toni, isu Pituin Ciamis tidak memiliki relevansi dengan banyak hal. Secara aturan tidak ada dasarnya, dengan semangat NKRI dan kebhinekaan juga terkesan bertentangan.

“Setidaknya ada empat pertimbangan yang menurut PATAKA, isu pituin ini tidak relevan untuk diangkat ke permukaan. Pertama, definisi pituin itu tidak jelas. Apakah disebut pituin itu karena tempat lahir saja? Kalau begini, berarti orang suku selain Sunda yang lahir di Ciamis bisa disebut pituin? Lalu bagaimana dengan seseorang yang lahir di luar Ciamis tapi karuhunnya dari Ciamis?  Apalagi kalau disebut Pituin Galuh, wah… kerajaan Galuh itu luas sekali wilayahnya. Intinya, definisi pituin ini tidak jelas,” papar Toni.

Alasan Kedua, menurut Toni, dalam peraturan perundangan tentang Pilkada secara tegas tidak dipersyaratkan bahwa pimpinan daerah harus lahir di daerah tersebut. Lalu yang Ketiga, isu Pituin Ciamis bertentangan dengan semangat NKRI dan kebhinekaan. Untuk mencalonkan diri, syaratnya cukup Warga Negara Indonesia.

“Indonesia itu satu kesatuan. Jangan seolah mau dikembalikan seperti zaman kerajaan. Bahaya ini, kalau warga negara Indonesia di luar Ciamis tidak boleh berkontribusi di Ciamis, itu kasihan tukang bakso malang harus pulang semua,” tambah Toni.

Alasan Keempat, isu Pituin Ciamis ini bahkan tidak sejalan dengan semangat islam. Toni mencontohkan bagaimana Rasululloh SAW faktanya dilahirkan di Mekkah, dan menjadi pemimpin justru di Madinah.

“PATAKA bukan komunitas ustadz. Tapi tinjauan dari sisi islam sangat diperlukan untuk Ciamis, karena kultur Ciamis sangat kental dengan nuansa islam,” pungkas Toni. (Dede Hermawan/WP)

Berita lainnya
2 Comments
  1. wawan ruspendi says

    Leureus kang.galuh teh luas.oge ngawangun ciamis mah sanes karna pituina tapi kinerjana….mugia kang iing melanjutkan perjuangan nu tos aya…amin

  2. Ena Rs says

    Setuju. Pituin Ciamis tidak menggambarkan harapan apa-apa untuk perubahan kemajuan Ciamis

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.