Sepinya Dunia Lukisan, Membuat Banyak Pelukis Alih Profesi
wartapriangan.com, BERITA GARUT. Beberapa tahun belakangan ini, karya seni lukis seakan tak lagi diminati masyarakat Indonesia. Sehingga membuat para seniman lukis seakan kehilangan semangat untuk berkarya. Bahkan tidak sedikit, para seniman lukis yang terpaksa beralih profesi sekedar untuk mempertahankan hidupnya.
Fenomena ini dirasakan para pelukis sejak tahun 90an, bahkan para penjual lukisan pun banyak yang tutup karena kurangnya peminat. Ini memang sangat memilukan bagi kalangan seniman lukis di tanah air ini. Bagaimana tidak? Semua orang sekarang ini sudah tidak lagi memiliki rasa cinta terhadap nilai-nilai seni.
“Masyarakat kita seakan sudah dipenuhi politik dalam benak dan hatinya, sehingga tidak lagi memiliki rasa cinta terhadap keindahan nilai-nilai seni,” ungkap Rahmat salah seorang seniman lukis Garut.
“Dulu orang sampai mengejar lukisan yang harganya tinggi. Bahkan sampai miliaran rupiah harganya, mereka tak lagi memikirkan masalah harga, yang mereka kejar kepuasan dari nilai seni tersebut,” lanjut Rahmat.
Seperti lukisan Monalisa, lukisan tersebut berharga cukup tinggi. Bahkan orang sedunia mengenal dan menyukai lukisan tersebut. Begitu juga lukisan lukisan Afandi, masyarakat Indonesia pecinta seni lukis banyak yang mengejarnya walau harus mengeluarkan uang banyak.
Rahmat menambahkan, sekarang masyarakat Indonesia seakan sudah tdak lagi melirik karya karya seni seperti itu. Seakan keindahan yang dituang lewat kanvas tersebut, sudah tidak ada lagi tempat di hati mereka. Masyarakat kita seakan sudah dipenuhi politik dan kesibukan berkarir. Sehingga tak ada lagi waktu untuk mencintai karya karya seni lukis.
“Dulu tahun 80an, penggemar lukisan yang datang ke tokonya tak pernah kurang. Namun sekarang, ingin menjual satu lukisanpun susah. Jangankan harga mahal, harga murah pun susah,” ungkap Agus, seorang pelukis yang merangkap penjual karya karya lukis di tokonya di Bandung.
Agus menambahkan, terkadang untuk bisa mengembalikan modal bahan dan figura pun sangat sulit. Sehingga akhirnya dia kini terpaksa harus bisa mencari profesi lain demi menutupi kebutuhan hidupnya. (Yayat Ruhiyat/WP)