Keselamatan Penyadap Nira Kelapa di Pangandaran Terabaikan!
wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Perlindungan terhadap keselamatan penyadap nira kelapa di Kabupaten Pangandaran masih lemah. Sehingga saat mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan terhentinya aktifitas pekerjaannya karena sakit, cacat permanen bahkan meninggal dunia mereka tidak mendapatkan konpensasi apapun dari pengepul, ranting maupun bandar gula.
Padahal berdasarkan data di Asosiasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) produksi gula di Kabupaten Pangandaran kini mencapai 300 ton per hari. Perputaran uang dari bisnis ini pun hampir mencapai Rp 3 miliar per hari.
Pengurus Asosiasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) Joe Irwan Suwarsa mengakui masih lemahnya perlindungan keselamatan kerja para penyadap nira kelapa.
Salah satu sebabnya, para pengepul, ranting maupun bandar masih kurang memperhatikan pentingnya mengikutsertakan para penyadap nira kelapa yang dikoordinasikannya untuk mengikuti asuransi keselamatan kerja.
“Padahal premi untuk asuransi tersebut tidak seberapa dan akan memberikan rasa nyaman dalam bekerja,”Kata Irwan, kepada Warta Priangan beberapa waktu lalu.
Jika penyadap nira ikut asuransi, lanjutnya, saat terjadi insiden yang tidak diinginkan, ahli waris sedikit terbantu dan para pengepul, ranting maupun bandar tidak lagi memikirkan beban biaya pengobatan, perawatan maupun uang duka cita untuk keluarga penyadap nira yang meninggal.
Untuk itu pihaknya menghimbau, kepada para pengepul, ranting maupun bandar untuk segera mengikutsertakan para penyadap nira kelapa yang saat ini berada dalam koordinasinya sebagai peserta asuransi keselamatan kerja.
Terabaikannya nasib para penyadap nira juga dibenarkan Kasi Kesra Desa Sukahurip Toha.
Menurutnya nasib penyadap nira memang seperti sapi perahan. Dibutuhkan hanya saat dirinya sehat dan produktif. Tak ada asuransi jiwa atau perlindungan dari para pengepul atau bandar.
Menurutnya, saat mendapat kecelakaan yang mengakibatkan cacat atau bahkan meninggal, mereka diabaikan. Jasa mereka yang telah memberikan keuntungan setiap hari kepada para pengepul, ranting maupun bandar, dilupakan begitu saja.
“Perlu diingat mereka telah memberikan keuntungan kepada para pengepul dan bandar. Jerih payah mereka menantang maut setiap hari tolong dihargai. Bahkan untuk membeli kain kafan, warga berpatungan karena keluarga almarhum tak mampu membeli,”pungkasnya. (Iwan Mulyadi/WP)