Kelestarian Mata Air Terancam, Warga Banjar Protes Penebangan Pohon di Gunung Sangkur dan Babakan!

78

wartapriangan.com, BERITA BANJAR. Aliansi Peduli Kota Banjar (APKB) melakukan langkah advokasi terhadap alih status Gunung Sangkur dan Gunung Babakan yaitu pemetaan wilayah mata air dan situs karuhun, sebagai mata air produktif. Mata air tersebut meskipun hutannya di tebang tapi airnya tetap dipergunakan warga.

“Bisa dibayangkan, apabila selokan tidak ada air, sungai jadi lapangan, mata air akan kering. Tidak berguna bendungan, waduk, jembatan, jalan hotmix, drainase, Kirmir , dll yang bersifat kontruksi,” kata Nurdin Suhendar, Ketua Aliansi Peduli Kota Banjar (APKB).

Oleh karena itu, lanjutnya, dapat dipastikan Banjar akan mengalami kelangkaan air bersih, terutama wilayah yang berbatasan dengan kawasan hutan, karena pohon penyuplai air ditebang.

“Padahal pengguna mata air sangat besar di masyarakat baik itu untuk MCK, kolam ikan dan pesawahan,” ungkapnya.

Sementara itu, situs karuhun banyak yang tidak terawat dan tidak memiliki juru kunci. Sangat kontras dengan anggaran atau APBD maupun APBDES yang sangat fantastis. DPRD dan Walikota harus memikirkan solusinya.

“Mensuplai air ke warga itu bukan solusi. Menurut APKB solusi terbaik adalah mengutuhkan pepohonan di sekitar mata air,” tegasnya.

Jika status Gunung Sangkur dan Gunung Babakan masih sebagai hutan produksi, maka pihak Perhutani bisa menebang. Maka alih status Gunung Sangkur dan Gunung Babakan itu sebuah kewajiban agar mata air pulih seperti dulu.

Sementara ada pihak yang membisniskan air untuk meraih keuntungan besar, sangat kontras dengan kepentingan masyarakat yang hanya butuh air untuk kehidupan, masyarakat tidak membisniskan air demi keuntungan.

Menurutnya, saat ini baru cagar budaya di pinggiran gunung yang mendapat perhatian pemerintah, sementara di kawasan hutan itu tidak ada perhatian.

Begitu pula Perhutani sebagai penguasa kawasan hutan tidak memperhatikan cagar budaya.Maka tidak heran kalau cagar budaya yang ada itu kotor, banyak rumput hutan, tidak bernama, tidak memiliki akses, dan tidak memiliki juru kunci maupun juru pelihara.

“APKB melihat kalau tidak segera ditangani oleh pemerintah kota , cagar budaya tersebut akan punah,” tegasnya.

Untuk itu dirinya berharap, Perhutani tidak melakukan penebangan di kawasan hutan lindung dan membuka data luasan kawasan lindung di Gunung Sangkur.

“Saat ini banyak mata air yang sudah tidak berair, karena dampak penebangan dan berubahnya rawa jadi hutan,” tegasnya. (Iwan Mulyadi/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses