Pak Bupati, Waspadai Hoax Masuk Kampung!

40

wartapriangan.com. Tegang. Dua kelompok massa bergerombol di lokasi yang relatif berdekatan. Sebagian dari mereka terlihat leluasa menenteng kayu, besi, bahkan senjata tajam. Aparat gabungan dari kepolisian, TNI dan pemerintahan setempat dipaksa untuk bekerja ekstra. Ulama dan tokoh masyarakat pun terlihat bergabung bersama aparat. Sedikit saja mereka lengah, dua kelompok tersebut pasti beradu fisik.

Kelompok yang satu terlihat memakai atribut santri, yang diisukan akan mencegat kedatangan salah seorang tokoh partai yang akan berkunjung ke salah satu desa di Kabupaten Ciamis. Kelompok yang satu lagi adalah organisasi-organisasi massa yang justru menyatakan siap mengawal Sang Tokoh Partai. Ketegangan ini terjadi akhir tahun 2015, di sebuah desa yang berjarak lebih dari 30 kilometer dari pusat Kabupaten Ciamis.

Yang unik, adalah ketika memerhatikan warga di sekitar lokasi acara. Mereka jelas-jelas terlihat bingung. Apa sebenarnya yang terjadi, hingga kampung mereka yang sehari-hari nyaman dan tentram, tiba-tiba saja dilingkupi suasana tegang.

Empat orang reporter Warta Priangan diterjunkan ke lokasi sejak dua hari sebelumnya. Dan berdasarkan pantauan Warta Priangan, nyaris takada penjelasan yang komprehensif dan objektif yang sampai kepada warga setempat.

Informasi yang masuk ke ribuan pasang telinga di desa itu terkesan liar sekali. Takjelas siapa sumber awalnya, tapi seperti memiliki kekuatan hipnotis yang dahsyat, dan membuat sebagian besar warga menjadi ragu atas penjelasan-penjelasan yang sempat disampaikan aparat. Terlebih, aparatnya juga tidak bisa menjelaskan terlalu rinci, khawatir terjebak dalam ranah opini pribadi. Mereka lebih banyak menyampaikan himbauan, tanpa memberikan gambaran rinci apa sebenarnya yang tengah terjadi.

Tulisan ini tidak bermaksud membahas lebih jauh tentang polemik kunjungan Sang Tokoh Partai. Ada hal lain yang juga menarik terkait peristiwa di penghujung tahun tersebut, yaitu tentang informasi yang beredar selama ketegangan terjadi. Takhanya deras, tapi juga terkesan liar. Melalui berbagai saluran, informasi yang faktanya kebanyakan hoax itu, sukses membuat masyarakat bingung.

SMS, WhatsApp, facebook, instagram, termasuk juga selebaran gelap, berseliweran mengantarkan informasi pada khalayak. Berikut beberapa contoh hoax yang beredar ketika itu:
1. Ribuan santri akan memblokade jalan masuk. Padahal, para santri faktanya menggelar kegiatan istigosah dan tidak liar. Mereka tertib dan terkendali. Beberapa kali berseliweran hoax, bahwa para santri sudah menutup beberapa ruas jalan. Namun ketika dicek ke lokasi, faktanya tidak ada penutupan jalan.
2. Ribuan anggota ormas akan mengawal Sang Tokoh Partai dari mulai Alun-Alun Ciamis sampai ke lokasi. Dan mereka siap berhadapan dengan siapapun yang akan menghadang. Faktanya, Sang Tokoh Partai tiba di lokasi hanya dikawal oleh beberapa orang aparat dan didampingi petinggi partai. Justru konsentrasi massa dari organisasi sudah jauh lebih dulu tiba di lokasi acara, tanpa hambatan apapun di perjalanan. Jumlahnya pun tak mencapai ribuan.
3. Saat acara berlangsung, beredar informasi para santri sedang bersiap untuk masuk ke lokasi acara dan melakukan sweeping atau pembubaran. Faktanya, para santri sedang terkonsentrasi dan khusyu menggelar acara isitgosah di lokasi berbeda.

Itu hanya contoh-contoh kecil informasi hoax yang sukses membuat masyarakat resah, saling curiga, dan sangat mungkin bisa menjadi pemicu konflik sebenarnya. Itu di dunia nyata, jangan ditanya betapa riuhnya dunia maya di Ciamis ketika itu. Jika membaca status dan komentar-komentar facebook saat itu, bisa disimpulkan informasi-informasi hoax itu cukup berhasil menyulut emosi pihak-pihak terkait.

Tentunya, hoax masuk kampung tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tidak boleh dianggap sepele, hingga tidak ada upaya serius untuk mencegah dan menanganinya. Saat hoax masuk kampung, bukan mustahil dampaknya lebih parah dibanding ketika hoax beredar di kota-kota besar. Di pedesaan, media sangat terbatas. Ini mengakibatkan masyarakat kesulitan melakukan pendalaman maupun komparasi informasi.

Sampai hari ini, rasanya takada media massa cetak yang mampu menjangkau semua desa di Kabupaten Ciamis. Begitupun dengan media massa elektronik dan media massa berbasis internet. Selain jangkauannya terbatas, jumlah media massa yang beredar hingga ke desa-desa di Ciamis pun bisa dihitung jari. Dalam hal ini, penetrasi media massa faktanya kalah oleh media-media sosial yang semakin hari semakin merakyat dan beberapa diantaranya bisa diakses gratis. Sebaran media massa masih terbatas, berbeda dengan media sosial yang menjamur dimana-mana.

Hoax masuk kampung harus diantisipasi serius. Kenyamanan dan kearifan lokal desa-desa di Indonesia bisa terusik oleh derasnya informasi takbertanggung jawab yang banyak beredar melalui media-media sosial.
Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan. Yang pertama adalah mamanfaatkan aparat dan tokoh masyarakat setempat. Karena keterbatasan media informasi terpercaya, peran public figure di desa masih sangat strategis. Mereka harus proaktif memantau informasi apa yang beredar di tengah-tengah warganya. Yang kedua adalah dengan memanfaatkan saluran-saluran media sosial sebagai media alternatif untuk distribusi informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Dan akan lebih efektif, jika kedua hal tersebut dijadikan program resmi pemerintah daerah sehingga memiliki dukungan sumber daya yang memadai untuk dieksekusi.

Semoga Bapak Bupati Ciamis bisa merintis program inovasi bertajuk Desa Kebal Hoax!

(dari Meja Redaksi Warta Priangan / Anggota Asosiasi Medis Siber Indonesia)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses