Pengurukan Area Harim Laut Pantai Timur Pangandaran Jadi Polemik

83

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Pengurukan area harim laut oleh salah satu pengelola olahraga air (water sport) di kawasan Pantai Timur menuai polemik. Pasalnya hal tersebut dianggap menyalahi aturan dan memberikan contoh kurang baik pada pihak lain.

Banyak pihak mempertanyakan perizinan pengurukan yang dilakukan pengusaha olahraga air tersebut. Berdasarkan UU no 1 tahun 2014 untuk pengelolaan daerah persisir yang mengeluarkan ijin adalah provinsi melalui rekomendasi dari pemerintah daerah.

“Petugas terkait harus menindak tegas biar ada efek jera, kalau dibiarkan nanti yang lain juga ikutan, lama-lama tembok abrasi Pantai Timur habis diuruk, dibangun rest area dan water sport,” ujar Tuti, warga Parapat Pangandaran.

Ia berharap aparat segera bertindak dan menghentikan aktivitas tersebut karena jelas menyalahi aturan. Jangan demi kepentingan pribadi mengatasnamakan kepentingan publik.

“Di saat pemerintah semangat menata kawasan wisata, kasus ini menjadi catatan penting. Terbayang akan banyak yang akan menguruk pantai untuk berbagai kepentingan,”ujarnya

Sementara itu, pemilik area tersebut Iwan Sofa menyatakan, pada dasarnya pengurukan yang dilakukan dalam rangka ikut serta mewujudkan visi misi Kabupaten Pangandaran untuk menjadi Pariwisata yang mendunia.

Dirinya menyampaikan, terjadi penumpukan sampah di sekitar harim/batu abrasi tempat beroprasinya water sport, baik yang berasal dari laut terutama yang berasal dari darat karena perilaku manusia. Bahkan sering menjadi tempat untuk buang hajat dan limbah.

“Penumpukan sampah tersebut menimbulkan bau tak sedap, pencemaran lingkungan dan kondisi yang tidak sehat sehingga kami seringkali mendapatkan kritik tajam dari para wisatawan,”ujarnya.

Iwan mengaku sering menerima keluh kesah dari mereka, kalau tempat di sekitar Water Sport kita kumuh, kotor dan bau. Wisatawan maupun warga di pantai timur Pangandaran tidak mempunyai tempat yang memadai untuk sekedar bersantai dan menikmati alam.

“Kami memahami dan menghargai kaidah pengelolaan harim laut dan
sama sekali tidak mempunyai rencana untuk mendirikan bangunan permanen di atas harim laut, dan semata-mata karena dorongan untuk ikut memberikan solusi atas berbagai kritik dari para wisatawan yang selama ini kerap kita terima,”terangnya.

Selain itu lanjutnya, pengurukan yang dilakukan menggunakan batu cabluk dengan dikelilingi oleh pondasi batu hitam tanpa pengerasan lantai, sehingga tidak merubah bahkan memperkuat fungsi batu abrasi sebagai penahan ombak agar tidak terjadi abrasi.

Pihaknya juga secara rutin dan berkala berusaha untuk menanam dan memelihara pohon endemik pantai seperti Ketapang, borogondolo, singkil dll, sehingga akan meningkatkan nilai koefisien harim.

“Di atas batu abrasi, kami membuat garis menggunakan bata merah dengan harapan akan menambah nilai artistik, sebagai tempat bersantai, menjadi media pengamanan bagi pertumbuhan pohon di pinggirnya, serta dapat digunakan oleh masyarakat, para penyedia jasa perahu maupun wisatawan untuk menuju laut,”pungkasnya. (Iwan Mulyadi/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses