Salah Besar Kalau Mengira Suara Iing Turun!
wartapriangan.com, OPINI. Belakangan ini ada kelompok-kelompok tertentu yang berusaha membangun opini bahwa dukungan kepada petahana, Iing Syam Arifin, menurun. Setidaknya ada dua pelatuk yang mengarah pada opini ini. Pertama, kekalahan Iing pada voting di internal Golkar. Kedua, hasil survei dari Partai Demokrat, yang menyatakan Iing kalah. Meski survei Partai Demokrat ini satu-satunya survei yang menyatakan Iing kalah, namun cukup menyedot perhatian masyarakat.
Ada lagi satu asumsi, yang kemudian bisa mengakibatkan simpulan bahwa suara Iing turun. Asumsi tersebut yakni ketika komparasi didasarkan pada survei Cyrus Network yang digelar Oktober tahun lalu, 2016. Ini survei lembaga profesional pertama yang digelar di Ciamis, berkenaan dengan Pilkada Ciamis 2018. Dan pada survei ini, elektabilitas Iing memang sangat tinggi, di atas 70%. Lalu kemudian beberapa lembaga merilis hasil surveinya di pertengahan tahun ini, suara Iing rata-rata di atas 50%. Dari 70 ke 50, tentu dianggap turun.
Sebenarnya, kalau mau menghitung suara Iing, sebaiknya jangan dari survei Cyrus. Wajar pada saat itu Iing tinggi sekali, karena memang gerakan balon yang lain belum masif. Kalau mau mengukur suara Iing, sebaiknya berasumsi dari hasil Pilkada Ciamis 2013. Hasil akhir pada pilkada lalu sudah benar-benar hasil berjibaku semua pihak terkait. Tentu berbeda situasinya dengan survei Cyrus, dimana para balon belum benar-benar bergerak.
Pada Pilkada Ciamis 2013, Iing yang ketika itu bersanding dengan Jeje Wiradinata, berhasil mengantongi 59,98% suara. Jauh meninggalkan tiga pasangan lawannya. Tapi ini bukan suara Iing sendirian. Ini suara Iing dengan Jeje, politisi Ciamis paling senior ketika itu, dengan dukungan solid dari gerbong gemuk PDI Perjuangan. Hampir tidak ada dualisme di PDI Perjuangan ketika itu, tak ada yang mampu “mengganggu” Jeje di internal moncong putih. Tentu berbeda situasinya dengan hari ini.
Lalu berapa sebenarnya suara Iing pribadi? Asumsi yang paling mudah adalah dengan cara menghitung suara PDI Perjuangan pada pemilu legislatif yang digelar satu tahun setelah Pilkada Ciamis 2013. Pada pemilu legislatif tersebut, PDI Perjuangan berhasil menguasai sekitar 20% dari total suara. Jika kita asumsikan angka 20% ini sebagai suara Jeje, berarti suara pribadi Iing pada Pilkada Ciamis 2013 berada pada kisaran 40%. Dan hari ini, tidak ada satupun lembaga survey profesional berkelas nasional yang berani menyatakan suara Iing di angka 40%, apalagi di bawahnya.
Sekedar informasi tambahan, pada pertengahan tahun ini setidaknya ada tiga lembaga survei nasional yang datanya beredar di tengah masyarakat. Yang pertama dari Indo Barometer. Menurut lembaga survei berkelas nasional ini, suara Iing 48,4% dan suara Herdiat 17,8. Tak lama berselang, beredar hasil survei yang digelar Jaringan Riset Indonesia. Menurut survei yang kedua ini, Iing 54,8% dan Herdiat 31,8%. Terakhir, dari Indikator Politik Indonesia. Pada survei ini Iing memiliki 50% suara, sementara Herdiat 35%. Semuanya menunjukkan suara Iing di atas 40%.
Dengan kata lain, kalau hari ini beberapa lembaga survei mendapati suara Iing di atas 40%, ini indikasi kuat suara Iing justru terus menguat dibanding Pilkada Ciamis 2013. Jangan lupakan juga keberadaan Akasah dan Budi Kurnia. Dua politisi yang ikut bertarung melawan Iing di Pilkada Ciamis 2013 ini, besar kemungkinan posisinya akan terus memperkuat Iing pada pilkada yang akan datang. Pada 2013, Akasah berhasil mengantongi sekitar 20% suara, sementara Budi Kurnia 17% suara. Meski dukungan suaranya tidak akan sebesar ketika mereka manggung, namun dipastikan bisa memberikan kontribusi yang signifikan, mengingat keduanya dikenal memiliki pendukung loyal.
Kalaupun Golkar goyah, boleh jadi tak akan berpengaruh banyak. Hal ini dikarenakan, suara total Golkar juga tidak terlalu signifikan, hanya 6 kursi di DPRD. Dan hampir mustahil semuanya goyah. Untuk menyiasati ini, sepertinya Iing akan memperkuat koalisi pendukungnya. Iing akan menambah lokomotif partai selain PDIP, Golkar dan PPP. Mungkin ada tambahan partai pendukung. Bisa dua, tiga atau bahkan lebih.
Senny Apriani, Wartawan Warta Priangan