Pola Interaksi Baru Masyarakat Urban

wartapriangan.com, OPINI. Foto di samping sepintas terlihat sebagai sesuatu yang lucu dan mengundang gelak tawa. Namun jika dicermati lebih mendalam, mungkin cara seperti demikian ada benarnya. Sejenak lepaskan dulu “dunia maya” -saat bercengkrama bersama teman, atau sanak saudara- hiduplah di “dunia nyata” mu.
Dewasa ini memang muncul dengan apa yang disebut Imam B. Prasodjo (Sosiolog Universitas Indonesia) sebagai Pola Interaksi Baru. Pola interaksi baru dapat dimaknai beralihnya dari offline society (face to face interaction) menjadi online society (“virtual interaction“).
Tatkala duduk bersama seperti sedang makan, misalnya, interaksi secara langsung ‘urung’ dilakukan. Satu sama lain sibuk dengan gadgetnya masing-masing. “Tubuhnya hadir, jiwanya di dunia virtual yang jauh di antah berantah”.
Dengan cara demikian (seperti nampak di foto), kualitas interaksi sosial akan tercipta, karena ada ruang dialog secara face to face interaction, sehingga kualitas kehidupan pun akan terwujud.
Data menyebut bahwa Indeks Kebahagiaan Orang Indonesia di Tahun 2017 turun. Indeks kebahagiaan rata-rata orang Indonesia dilaporkan menurun dari tahun 2016 yang berada di peringkat ke-79 dari 155 negara, pada tahun 2017 turun ke peringkat ke-81. Berdasarkan Indeks Kebahagiaan Dunia (World Happiness Index) yang dikeluarkan SDSN pada 2017, dibandingkan warga negara lain, kebahagiaan orang Indonesia ada di papan tengah saja yakni peringkat 81 dari 155 negara. Di antara yang dilihat dalam indeks yakni gabungan dari personal relationship, positivity (cara berpikir dan sikap hidup positif), passion (keterlibatan sepenuh hati), small winning (pencapaian kecil) dan spirituality (spiritualitas) (tribunnews, 10/9/17).
Walaupun belakangan, BPS merilis data terkait dengan ukuran kebahagiaan. Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menunjukkan bahwa Indeks Kebahagian Manusia Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 mencapai angka 70,69 dalam skala 0-100, yang pada 2014 Indeks Kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah 68,28. Singkatnya, ada peningkatan Indeks Kebahagian dalam rentang waktu 2014-2017, yaitu dari angka 68, 28 hingga 70, 69. Indeks Kebahagian tersebut diukur dengan memakai tiga dimensi, yaitu kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup (BPS 2017).
Dari kedua data tersebut (Turun atau Naik) yang menjadi penting adalah aspek-aspek yang diukur dari survei itu. Dapat penulis sarikan bahwa aspek penting dari kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah terkait dengan ikatan sosialnya (social bonds). Ikatan sosialnya tinggi atau rendah. Ikatan sosial akan terwujud dengan kualitas interaksi sosialnya, dan ruang dialog secara face to face interaction di “dunia nyata” adalah salah satu solusi yang paling penting.
[Agus Mauluddin, Founder CIC (Cendekia Institute and Consulting). Warga Ciamis, Desa Danasari, Dusun Sindanghayu. Pernah belajar Sosiologi di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Universitas Indonesia]