Kisah Mistis Pecinta Alam di Curug Tujuh Panjalu

939

wartapriangan.com, KISAH KITA. Jumat (27/10/2017), redaksi Warta Priangan kedatangan empat orang tamu. Mereka Eja, Yoyo, Novri dan Iwan, para pecinta alam yang bergabung dalam komunitas Bango Adventure Ciamis. Kepentingannya, mereka bermaksud menjalin kerjasama dalam liputan situs wisata di Priangan Timur. Dalam obrolan hangat redaksi dengan mereka, sebuah pengalaman berbau mistis sempat menjadi bahan obrolan. Kisah mistis ini terjadi di Curug Tujuh Panjalu.

Curug Tujuh Panjalu adalah sebuah objek wisata andalan Kabupaten Ciamis yang berlokasi di Desa Sandingtaman, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis. Meski belum memiliki dukungan infrastruktur yang maksimal, namun kunjungan ke lokasi wisata yang terletak di Ciamis bagian utara ini tidak pernah sepi. Khususnya di akhir pekan, curug yang sebenarnya berada di lereng Gunung Syawal ini selalu ramai. Umumnya wisatawan adalah warga Ciamis dan sekitarnya. Sementara di hari biasa selain akhir pekan, tak jarang para pecinta alam sengaja ke Curug Tujuh Panjalu, melakukan camp, melewatkan beberapa malam di sana. Seperti yang pernah dilakukan Eja dan kawan-kawannya.

“Kami berangkat berempat pada hari Rabu sore. Sebelum maghrib, kami sudah tiba di lokasi dan langsung mendirikan tenda,” terang Eja.

Malam pertama, mereka menghabiskan malam dengan berbincang ringan. Setelah menghabiskan beberapa gelas kopi, mereka pun terlelap, ditemani rintik hujan yang tidak begitu kerap.

“Tidak ada kejadian yang mengagetkan di malam pertama, baru di malam kedua kami benar-benar sempat dibuat takut,” kali ini Yoyo yang bicara.

Malam kedua, lagi-lagi hujan rintik menemani mereka di Curug Tujuh Panjalu. Menurut Eja, suasananya terasa berbeda dengan malam sebelumnya, meski dia sendiri tidak bisa menjelaskan secara rinci apa perbedaannya.

“Jadi rasa yang bicara, ini rasanya berbeda. Kalau kata teman saya, malam itu aneh, sepertinya tidak ada satu suarapun yang terdengar selain rintik hujan kecil yang sesekali terdengar menimpa tenda. Sepi sekali,” tutur Eja.

Lewat larut malam, mereka tertidur, hingga alarm handphone membangunkan mereka untuk bersegera sholat subuh. Eja dan teman-temannya yakin, saat itu mereka semua terbangun, dan secara bergiliran mengambil air wudlu, tak jauh dari tempat mereka memasang tenda. Sebuah terpal dikeluarkan dari dalam tas, terpal khusus yang biasa digunakan untuk alas sholat berjamaah. Merekapun kemudian sholat seperti biasa, dalam cahaya subuh yang masih temaram.

“Semuanya sholat, empat orang sholat, saya imam, mereka makmum. Saat sholat, posisi tenda berada di belakang,” terang Eja.

Usai sholat, mereka berdoa masing-masing. Dan, saat ini lah sesuatu berbau mistis mereka alami.

“Umumnya berdoa, kami ya memejamkan mata. Yoyo ada di samping kiri saya sebagai makmum saat sholat. Tapi saat saya usai berdo’a dan membuka mata, Yoyo sudah tidak ada di samping saya. Saya tidak kaget, saya fikir mungkin Yoyo lebih dulu meninggalkan tempat sholat,” terang Novri.

Namun betapa kagetnya mereka ketika usai sholat menuju tenda, lalu melihat Yoyo masih tertidur pulas dalam sleeping bag di sudut tenda. Lengkap dengan pakaian dan perlengkapan tidur yang masih dikenakan.

“Ya kaget, ternyata Yoyo tidak ikut sholat subuh. Kita bangunkan dia, kita tanya. Dia malah balik bertanya kenapa tidak dibangunkan. Lalu siapa yang tadi ikut sholat bersama kami?” ujar Eja.

Tanpa banyak berfikir, sebelum matahari menunjukkan wujudnya, keempat pecinta alam ini segera meninggalkan lokasi perkemahan Curug Tujuh Panjalu.

“Apalagi kita baru sadar, tadi malam itu malam jumat kliwon. Haduh, kita langsung pulang subuh-subuh,” pungkas Eja. (IM/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.