Mogok Bersama Montir
wartapriangan.com, INSPIRATIF. Tahun 2000 adalah tahun pertama saya punya mobil sendiri. Ketika itu tabungan saya cukup untuk membeli mobil bekas keluaran tahun 1980. Mobil yang sudah cukup tua dan udzur, dan saya pakai hampir tiap saat. Maklum, saat itu pertama kali punya mobil. Hingga satu saat, Kang Ade ikut menumpang di mobil saya.
Kang Ade adalah tetangga saya. Dia seorang montir mobil. Bisa dibilang, dia salah seorang montir senior di daerah tempat saya tinggal. Kalau tidak salah dengar, sejak lulus SMP dia sudah kerja di bengkel. Masuk usia lepas SMA, dia pernah bekerja di bengkel profesional, milik perusahaan besar kelas nasional. Tapi entah karena pertimbangan apa, ia kemudian memilih keluar dari perusahaan tersebut dan membuka bengkel kecil di samping rumahnya. Meski tidak didukung beragam peralatan canggih, konsumen bengkel Kang Ade tidak pernah sepi. Dia sudah punya banyak pelanggan, dia mampu membuktikan kalau dia ahli dalam hal perbaikan mobil.
Ketika itu Kang Ade berniat pergi ke sekitar pusat Kota Bandung. Saat saya lewat, dia bertanya, kemana tujuan saya. Singkat cerita, Kang Ade pun ikut menumpang. Dia menawarkan diri untuk menjadi sopir, sekalian menumpang. Tapi saya tolak. Saya katakan, saya juga sedang betah jadi sopir.
Jarak dari daerah kami ke pusat Kota Bandung sekitar 30 km. Kira-kira di pertengahan perjalanan, mobil saya bermasalah. Lajunya tersendat beberapa kali, hingga akhirnya mesin mati. Namanya masih belajar, tentu saja saya panik.
“Bawa kunci-kunci?” tanya Kang Ade, menyegarkan kesadaran saya yang saat itu masih diselimuti panik dan bingung.
Alhamdulillaah, kenapa saya lupa ada Kang Ade. Dia montir terbaik yang saya kenal. Ah, tiba-tiba saja kebingungan itu hilang. Tak ada perasaan berbeda antara mobil sedang berjalan dengan mogok, karena ada Kang Ade di sisi saya. Saya mengangguk, bersama Kang Ade kemudian keluar dari mobil menuju bagasi, mengambil kunci-kunci dan peralatan standar yang biasa tersedia di mobil.
Saya ingin membantu, tapi kata Kang Ade, silahkan tunggu saja dimana saya mau. Saya pun berjalan menuju sebuah warung kaki lima yang kebetulan tak jauh dari lokasi mogok. Saya pesan dua gelas kopi dan sebungkus rokok. Ya, hanya itu bantuan saya untuk Kang Ade. Saya antarkan segelah kopi hitam dan sebungkus rokok. Sisanya, Kang Ade yang bekerja. Dan, tanpa harus tahu bagaimana caranya, yang pasti mobil saya kembali normal.
Betapa seorang montir bisa menenangkan hati dan menangani permasalahan yang menurut kita berat. Padahal ini baru montir, apalagi kalau kita kebetulan sedang bersama pencipta mobil tersebut.
Kisah di atas berpesan, khususnya kepada siapapun yang saat ini sedang memiliki permasalahan dengan manusia. Tak sedikit orang yang takut karena berurusan dengan orang lain. Ada yang memilih bersembunyi, bahkan ada juga yang nekat melarikan diri. Padahal, manusia itu ada pembuatnya. Manusia ada pemiliknya. Ada kekuatan yang bisa membolak-balikkan hati manusia.
Jangankan bermasalah dengan manusia, dengan apapun, kekuatan ini sangat mampu memberikan pertolongan. Mintalah kepada kekuatan itu, agar Ia membantu masalah kita. Niscaya bantuan itu datang dan meringankan beban kita, tanpa kita harus tahu bagaimana cara kekuatan itu bekerja. [Abu Ayyub]