Selamat!!! Band Asal Banjar Ini Juarai Kompetisi Lagu Suara Anti Korupsi

62

wartapriangan.com, BERITA BANJAR.  “Lagu yang unik. Liriknya dalem, ngambil dari angle yang bener-bener ga kepikiran sebelumnya…,” Opie Andaresta. 

Ungkapan di atas sebagian dari apresiasi Opie Andaresta, penyanyi yang terkenal dengan lagu dengan nuansa kritik sosial. Opie mengaku terkesan saat menyaksikan penampilan dan merasakan lirik lagu band yang datang dari Bandung, Huhu & Popo dalam Festival Lagu Suara Anti Korupsi 2017. Festival ini diselenggarakan langsung oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Jum’at (03/11/2017).

juara festival lagu anti korupsi

Korupsi??? apa yang dipikirkan saat mendengar kata itu. Tentu saja suatu perbuatan yang melawan hukum, menggerogoti uang rakyat, merampok uang negara, atau menyalahgunakan kewenangan demi mendapat keuntungan. Korupsi selalu mendapat perhatian publik. Maka itu, kejahatan yang sering menyeret para petinggi negara ini kerap menghiasi pemberitaan media massa.

Huhu & Popo menyuarakan anti korupsi dari sudut lain, meramu lirik bertema korupsi dari sisi psikologi sebuah keluarga. Dalam liriknya diceritakan, seorang anak berada dalam kondisi dilematis, saat melihat bapaknya diadili karena perbuatan korupsi yang dilakukannya.

Sang anak menyaksikan langsung bagaimana pembelaan yang dilontarkan si ayah dan tuntutan hakim yang terekam jelas oleh dia. Kasus yang menjerat ayahnya terus menjadi topik utama dalam setiap sudut pemberitaan media massa.

Dalam lirik ini, sang anak juga mengaku berdosa menjadi keturunan dari seorang koruptor. Keketiran dia ungkapkan dalam bait lirik, “Jika menjadi anakmu adalah dosa untuku/mati aku/di neraka manakah tempat untukku”. Penggalan lirik tersebut menggambarkan kekecewaan yang mendalam dari seorang anak. Ia enggan membela ayahnya, justru menyuruh hakim untuk mengadilinya.

Menurut Dayat dan Bayu, dua personil Huhu & Popo,  banyak pesan moral yang dituangkan dalam lagu tersebut. Bagi dia, perilaku korupsi itu jelas-jelas berbuah buruk bagi keluarga pelaku.

Lagu adili bapakku merupakan lagu yang menggunakan reverse psikologis. Dimana liriknya menggunakan pendekatan rasa bersalah dengan pola “what if” (bagaimana jika). Sebuah analogi pengandaian yang mengajak semua orang berpikir, “bagaimana jika kita ada di posisi itu”.

“Pasti tidak ada keluarga koruptor yang kondisi keluarganya harmonis. Pasti ada kecacatan dalam hubungan keluarganya. Semua itu karena korupsi merupakan penyakit penyimpangan norma,” kata Dayat, Minggu (05/11/2017).

Huhu & Popo (Jabar) dinobatkan sebagai juara ketiga dari lima peserta hasil seleksi setiap kota se-Indonesia. Sedangkan juara satu, disabet rup band asal Surabaya, UNIKU  dan juara kedua oleh FILSAFATIAN Medan.

O ya, meskipun Huhu & Popo ini di festival tampil sebagai perwakilan band dari Jawa Barat, tapi ternyata personilnya asli Kota Banjar. Dayat dan Bayu adalah dua musisi muda berbakat dari Kota Banjar. Selamat! (IM/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses