Berburu Kenikmatan Sepanjang Ciamis – Jakarta

77

wartapriangan.com, INSPIRATIF. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan. Mungkin ada yang mengandalkan uang, harta, jabatan, pengaruh, dan lain sebagainya. Tapi tak jarang kita lupa, kita sibuk mempersiapkan berbagai hal demi mendapatkan kenikmatan, sementara lupa meminta restu pemilik nikmat sebenarnya. Ini kisah nyata yang dialami penulis beberapa hari lalu. Kisah sederhana ini menegaskan siapa penguasa nikmat yang sebenarnya.

Hari itu, Kamis (09/10/2017), selepas isya. Dari Ciamis, saya harus berangkat ke Jakarta. Karena mawas diri tidak terlalu piawai nyetir, saya selalu mengajak adik sepupu saya untuk perjalanan jauh. Adit namanya. Meski usianya di bawah saya, dia jago nyetir.

Saya orang yang tidak terlalu suka perjalanan. Malas rasanya, harus bertemu macet dan lain sebagainya. Untuk meminimalisir kebosanan selama perjalanan, saya kerap menyiapkan banyak hal sebelum berangkat. Jaket, kaos kaki, selimut kecil, bantal dan guling, selalu saya simpan di jok bagian tengah. Cemilan beragam rasa, mulai dari yang manis, asam, hingga pedas. Begitupun dengan minuman, tak kalah beragam. Saya juga punya termos elektrik kecil, selalu saya bawa untuk menyeduh kopi dalam perjalanan. Tak lupa flashdisk, yang berisi ratusan lagu-lagu favorit saya. Semua itu saya lakukan demi mendapatkan kenikmatan sepanjang perjalanan.

Mobil pun melaju. Baru sekitar satu kilometer, saya sudah berbenah bantal dan guling, lalu merebahkan tubuh di jok tengah.

“A, boleh saya ajak teman seorang? Biar saya ada temen ngobrol. Aa pasti banyak tidur kan seperti biasa,” tiba-tiba Adit bicara.

Saya mengijinkan permintaan Adit. Kebetulan, saat lewat Alun-Alun Ciamis, Adit melihat ada beberapa orang temannya sedang nongkrong. Dia turun beberapa menit, bicara dengan mereka. Tak lama kemudian dia bersama seorang temannya masuk ke dalam mobil.

“Waaah asyik nih diajak jalan-jalan. Gak apa-apa nih A? Nggak mengganggu?” ujar Imul, teman Adit yang tadi sedang nongkrong di alun-alun.

Setelah menjawab tidak keberatan, sambil tiduran di jok tengah saya berbincang ringan dengan Adit dan Imul. Saya perhatikan Imul, dia hanya memakai kaos oblong, topi, celana jeans dan sandal. Saya fikir, dia pasti kedinginan nanti di perjalanan. Dia mau ikut perjalanan Ciamis – Jakarta tanpa persiapan apapun.

Baru berjalan sekitar 20 menit, saya sudah bisa melihat Imul mulai kedinginan. AC memang harus dinyalakan karena gerimis menemani kami sepanjang perjalanan.

“Mul, tuh ada kopi, air panasnya ada tuh di termos kecil,” saya menyuruh dia menyeduh kopi, sekedar mengalihkan rasa dingin yang sedang ia rasakan.

Imul pun dengan girang segera menyeduh kopi. Bukan hanya satu, dia menyeduh tiga gelas sekaligus, untuk saya dan Adit. Saya pun jadi duduk, dan menikmati kopi bersama mereka, sambil berbincang ringan dan ditemani lagu-lagu favorit. Nikmat.

Perjalanan sudah sekitar satu jam. Kopi seduhan Imul sudah habis semua. Saya kembali membaringkan tubuh di atas bantal empuk. Beberapa menit kemudian, saya batuk-batuk. Awalnya saya tidak terlalu pedulikan, tapi sekitar 15 menit saya terus batuk-batuk. Saya bangun, lalu minum air hangat. Batuk pun reda, sebentar. Beberapa menit kemudian, batuk lagi.

Saya minta Adit berhenti kalau melihat minimarket untuk membeli obat batuk. Alhamdulillah, setelah minum obat batuk, saya bisa tertidur. Tapi tidak lama, hanya sekitar setengah jam, batuk itu datang lagi. Lagi-lagi saya berhenti di minimarket, membeli beberapa cairan penghangat, termasuk permen pelega tenggorokan. Tapi semua itu hanya bisa menahan batuk beberapa saat saja. Pulang pergi Ciamis – Jakarta – Ciamis, saya terserang batuk yang datang tiba-tiba.

Sepanjang perjalanan pulang, saya memperhatikan Imul. Beberapa kali dia terlihat tertidur pulas sekali. Padahal tanpa jaket, apalagi kaus kaki dan bantal guling empuk. Sementara saya, yang sudah menyiapkan sekian bekal perjalanan, justru sulit tidur dan merasa tersiksa.

Dari kisah sederhana ini saya menyadari, seserius apapun kita mempersiapkan sesuatu, tetap saja masih membutuhkan restu Alloh SWT. Karena kenikmatan itu tidak hadir karena dukungan ini-itu, kenikmatan itu hadir karena kebaikan pemilknya. [Abu Ayyub/WP]

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.