Tinggal di Dekat Rel Kereta Api Ternyata Berpotensi Timbulkan Penyakit Ini

280

wartapriangan.com, BERITA CIAMIS. Memiliki tempat tinggal di dekat rel kereta api bukan hal yang aneh, khususnya bagi masyarakat Priangan Timur. Rel kereta api sudah sejak zaman penjajahan melintas dari Bandung hingga Pangandaran. Nah, apakah Anda salah satu di antaranya? Atau mungkin salah satu keluarga dan kerabat Anda ada yang memiliki rumah di sekitar bantaran rel kereta api? Kalau ya, sebaiknya Anda baca tulisan ini. Ternyata, ada potensi penyakit khusus bagi mereka yang tinggal di dekat rel kereta api.

Potensi gangguan kesehatan bagi warga yang berdomisili di sekitar rel kereta api terutama disebabkan oleh dua hal. Yang pertama karena kebisingan, dan yang kedua karena getaran yang diakibatkan oleh kereta api saat melintasi rumah Anda. Bising dan getaran ini ternyata bisa jadi sumber atau pemicu penyakit, terlebih jika dialami secara simultan (berkesinambungan) dalam rentang waktu yang cukup lama.

Kita fahami dulu definisnya, apa itu bising dan getaran. Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan. yang penting (Slamet, 2006). Nah dari pengertiannya saja sudah bisa difahami, kebisingan ternyata berdampak pada kesehatan.

Berdasarkan frekuensinya, ada tiga jenis kebisingan. Yang pertama kebisingan yang kontinyu, terdengar terus menerus, misal suara kipas di pabrik. Yang kedua kebisingan tiba-tiba tetapi sering terjadi, misalnya suara kereta api atau pesawat terbang. Yang ketiga adalah kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang hanya sekali-kali terjadi, seperti suara bom atau pukulan martil.

Dari tiga jenis kebisingan di atas, ternyata salah satu yang bisa mengakibatkan penyakit adalah kebisisan tiba-tiba. Pada dasarnya, telinga manusia tidak memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari efek kebisingan. Bunyi mendadak yang keras seperti kereta api akan cepat diikuti secara reflek oleh otot telinga tengah. Otot ini akan berusaha keras membatasi jumlah energi suara yang masuk ke telinga bagian dalam. Nah, kalau kebisingan tiba-tiba ini sering terjadi, otot telinga bagian tengah ini lama-lama akan lelah. Jumlah masukan energi yang lolos ke telinga bagian dalam semakin lama semakin besar. Menurut Harrington dan Gill (2005), transmisi energi seperti itu, jika cukup lama akan merusak organ korti, dan selanjutnya mengakibatkan ketulian permanen.

Yang kedua adalah getaran/vibrasi. Sebuah penelitian yang dilakoni Harrington dan Gill pada 2005 menyimpulkan, vigrasi kereta api berdampak pada beberapa organ tertentu, seperti dada, kepala, rahang dan persendian. Disamping bisa menimbulkan ketidaknyamanan, beberapa penelitian juga melaporkan adanya efek jangka panjang yang menimbulkan osteoartritis tulang belakang. Selain itu, juga berpengaruh pada peningkatan tekanan darah dan hipertensi. [Abi Ayyub]

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses