Semoga Kesunyian Ini Menjadi Investasi Dunia Akhirat
wartapriangan.com, KISAH KITA. Rumah ini sepertinya tiba-tiba bisu. Padahal sebelumnya selalu bersuara, sering terdengar riang gembira, bahkan sesekali cerewet. Sejujurnya, rasanya masih jauh lebih baik mendengar ada tangisan di rumah ini, daripada sunyi seperti hari ini. Ya, sejak kamu tidak pulang, rumah dan semua isinya tiba-tiba saja diam, tak mau bersuara. Benar-benar sunyi.
Biasanya, sekitar subuh rumah ini mulai bersuara. Kadang hanya menggumam, tak jarang juga terdengar merengek lantaran enggan melepaskan guling dari pelukan. Itu kalau matanya masih digelayuti kantuk, suara yang terdengar di rumah ini masih samar dan pelan. Tapi kalau matanya sudah terbuka, pasti ramai. Terkadang bernyanyi sendiri, berdialog dengan ibu dan neneknya, atau sesekali mendebat arahan orang tua. Waduh, kamu memang punya bakat berdebat. Ya, itu kamu saat bangun pagi, Nak. Saat membuat rumah ini mulai hangat di pagi hari. Tapi sekarang, setiap pagi terasa sunyi sekali.
Sore selepas ashar, rumah ini kembali bersuara. Selalu ramai oleh cerita-cerita yang dibawa dari sekolah. Tentang teman, tentang guru, tentang pelajaran, tentang naik angkot, tentang apapun yang ditemui sepanjang pagi hingga petang. Selepas beraktifitas sepanjang hari di sekolah, sore seharusnya sudah lelah, tapi sepertinya itu tidak berlaku. Terkadang seisi rumah heran, kenapa seperti tidak merasa lelah. Maunya ini itu, kesana-kemari, begitu-begini, ah benar-benar seperti tak kenal lelah. Ini yang membuat suara sore hari tak sekedar ramai, tapi sesekali terasa riuh dan gaduh. Tapi sudah beberapa hari ini, di sore hari pun rumah ini membisu. Tak ada keramaian, apalagi riuh dan gaduh. Karena kamu tidak pulang ke rumah ini, Nak.
Terlebih malam hari, sunyi dan sepi menjadi selimut tidur kami. Kamu benar-benar membuat rumah ini diam, Nak. Baba, Bunda, Ema, Abah, sepertinya juga kehabisan kata untuk saling bicara.
Nak, percayalah, satu saat kamu jadi orang tua. Dan kamu akan meyakini, tidak ada satupun orang tua yang mau terpisah dengan buah hatinya. Kami semua rindu kamu, Nak.
Sedih memang, tapi selalu buru-buru kami lawan kesedihan itu. Kami menyadari semua kesunyian ini adalah investasi untuk kebaikanmu kelak, Nak. Untuk keselamatanmu sepanjang hayat hingga akhirat. Semoga kesunyian kami ini, menjadikanmu lebih kuat, lebih siap mengarungi kehidupan, dan lebih mendekatkanmu kepada Pemilik Sejati-mu, Nak. Aamiin.
Note:
Terimakasih untuk Penyelenggara Program Karantina Tahfizh Liburan.
Semoga Kesunyian Ini Menjadi Investasi Dunia Akhirat “Pergilah Anakqu Sayang ! , Kejarlah keinginan, angan dan harapan …….Doa dari Bundamu Bahagia di dunia , Mati Masuk Surga Amiin..