Untuk Proyek KJA Offshore di Pangandaran, KKP Gandeng Norwegia

332

wartapriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Salah satu upaya untuk menggenjot produksi, KKP menggandeng Norwegia untuk melaksanakan program KJA lepas pantai di tiga lokasi, yakni Sabang (Aceh), Karimun Jawa (Jawa Tengah), dan Pangandaran (Jawa Barat).

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Pangandaran, Jumat 30 Maret 2018, mengatakan Negara Norwegia dipilih, karena sebelumnya memiliki jejak rekam yang bagus dalam pengembangan KJA lepas pantai.

“Norwegia merupakan negara maju dengan mengandalkan akuakultur sebagai prime mover dalam mendongkrak perekonomian negaranya. Bayangkan, sekitar 80 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Norwegia disumbang dari industri akuakultur. Kita dengan potensi sumberdaya perikanan melimpah tentunya harus optimis mampu meniru langkah Norwegia,” ungkap dia.

Slamet menambahkan, Norwegia merupakan contoh tepat sebagai negara yang mampu memanfaatkan potensi budidaya laut dengan inovasi teknologi modern, utamanya pengembangan budidaya laut lepas pantai (offshore). Oleh karenanya, saat ini KKP menginisiasi penerapan teknologi tersebut dengan mengadopsi keseluruhan teknologi dari Norwegia.

Menurut Slamet, tiga KJA yang sedang dibangun itu, diharapkan sudah mulai ditebar benih pada Desember 2017 ini. Ketiganya menggunakan teknologi yang ada di Norwegia dan itu akan menjadi proyek percontohan untuk industri marinkultur yang dikelola secara berkelanjutan.

“Bedanya, kalau di Norwegia itu produksinya adalah salmon. Kalau di Indonesia, produksinya itu untuk komoditas kakap putih. Kami akan membudidayakan komoditas tersebut dengan KJA offshore,” ujar dia.

Menurut Slamet, pemilihan kakap putih juga dilakukan karena komoditas tersebut menjadi andalan dan merupakan jenis ikan laut yang tidak harus dijual dalam kondisi hidup. Dengan kata lain, kata dia, kakap putih bisa dijual dalam bentuk olahan seperti fillet segar.

“Kita budidayakan kakap putih di offshore, juga karena pada pertimbangan bahwa komoditas tersebut bernilai tinggi dengan pasar jelas seperti Tiongkok dan Hong Kong. Kemudian, pasar kakap putih juga bisa dipasarkan hingga ke Eropa, Timur Tengah, dan juga Australia,” jelas dia.

Selain pasar luar negeri, Slamet menyebut, komoditas kakap putih juga diminati oleh pasar dalam negeri. Saat ini, pasar dalam negeri masih didominasi oleh Sumatera Utara, Kepulauau Riau, Lombok (Nusa Tenggara Barat), Bali, dan Jakarta.

“Di dalam satu unit KJA offshore yang mengapung di lepas pantai, dia menjelaskan, terdapat enam lubang dengan diameter 50 sentimeter,” tutur dia.

Dengan jumlah lubang tersebut, Slamet mengatakan, produksi kakap putih bisa didorong dengan hasil panen 568 ton per siklus. Untuk setiap panen, rerata kakap putih ukurannya mencapai 600 gram.

“Program KJA offshore tersebut berpotensi menghasilkan nilai Rp39,7 miliar untuk sekali panen,” jelas dia.

Untuk saat ini, Slamet mengungkapkan, program KJA offshore dilaksanakan di perairan Sabang (Aceh), Karimun Jawa (Jawa Tengah), dan perairan pantai Selatan antara Cilacap (Jawa Tengah) dan Pangandaran (Jawa Barat).

“Dengan kegiatan offshore maka andalan kita di budi daya laut bisa meningkat seperti kerapu dan kakap saya yakin naik pada 2017,” ujarnya.

Untuk bisa menggenjot produksi di lepas pantai, Slamet menuturkan, pihaknya sudah menyusun rencana bisnis untuk memetakan mata rantai bisnis yang akan dibangun nantinya. Dengan adanya rencana bisnis, kehadiran KJA lepas pantai diharapkan bisa memberikan manfaat banyak, khususnya bagi pemberdayaan masyarakat.

“Pembangunan KJA offshore di Pangandaran ditargetkan selesai pada bulan April tahun ini sudah dapat dilakukan tebar benih ikan perdana,” tegas dia.

Untuk memenuhi kebutuhan benih pada KJA lepas pantai yang diperkirakan bisa mencapai 3,6 juta ekor benih atau sebanyak 1,2 juta ekor benih per unit, KKP mendorong produksi benih yang dilakukan unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Ditjen Perikanan Budidaya bisa lebih optimal lagi. Selain itu, kebutuhan benih juga akan dipasok dari swasta melalui kerja sama khusus.

Di luar itu, Slamet mengungkapkan, masyarakat akan dilibatkan pada segmen penggelondongan benih, dimana rencananya akan mampu memberdayakan sebanyak ± 1.450 orang. Program ini akan secara langsung memberikan dampak positif bagi masyarakat, dengan tetap mengedepankan pengembangan yang family based-aquaculture.

“Saat ini kita punya pendederan benih, di Desa Margacinta Kecamatan Pangandaran. Kalau proyek ini sukses nantinya akan menyerap tenaga kerja yang banyak dengan melakukan pemberdayaan masyarakat setempat,” tandasnya. (Iwan Mulyadi/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.