Ibu – Ibu Detektor Inflansi Paling Jitu
wartapriangan.com, OPINI. Inflasi adalah fenomena kenaikan harga – harga di tingkat konsumen. Kenaikan harga tersebut berdampak luas terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Apalagi jika tidak diimbangi peningkatan pendapatan. Kondisi ini membuat masyarakat biasanya menurunkan kuantitas maupun kualitas barang barang yang dibelinya.
Gejolak harga yang terjadi sangat dirasakan oleh para pengurus rumah tangga. Mereka (Ibu – ibu) pastinya banyak berinteraksi dengan para pedagang. Setiap pagi bertransaksi dengan tukang sayur keliling, belanja di warung – warung tetangga, atau belanja di pasar tradisional dan modern. Oleh sebab itu, mereka sudah sangat paham terhadap perkembangan harga – harga kebutuhan rumah tangga.
Sering kali kita dengar obrolan para Ibu – Ibu dengan penjual “kok cabe mahal sih?, kok ini mahal, kenapa itu mahal?”. Secara tidak langsung hal ini sebuah indikator adanya inflasi komoditas. Mereka sangat sensitif terhadap perubahan harga di tingkat konsumen. Ibu – Ibu setiap saat memantau perkembangan harga, mereka juga mencatat dalam memorinya perkembangan harga dari waktu ke waktu.
Tidak berlebihan jika dikatakan “Ibu – Ibu sebagai detektor inflasi paling jitu”. Secara naluri mereka sudah menjalankan fungsi detektor inflasi. Bahkan mereka juga merekam faktor penyebab inflasi yang diperoleh dari para penjual. Ada informasi yang mereka tangkap dari dialog dengan pedagang. Misalnya, “cabe kok mahal kang?”, biasanya penjual akan menjawab “iya bu, barangnya lagi susah”.
Dialog ini menginformasikan bahwa salah satu penyebab inflasi adalah kelangkaan barang, langkanya barang mendongkrak harga komoditas tersebut menjadi naik. Dalam teori inflasi, pengaruh ini sebagai faktor penyebab supply dan demand atau faktor pasokan dan permintaan. Titik harga komoditas dalam mekanisme pasar, tergantung ketersedian barang dan permintaan. Pada saat barang berlimpah dan permintaan sedikit harga akan cenderung turun. Demikian pula sebaliknya, pasokan barang terbatas dan permintaan meningkat maka harga akan cenderung naik.
Disamping itu muncul dialog, “kok harga bawangnya naik kang?”, penjual menjawab “ iya bu dari sananya juga udah naik”. Dialog ini menggambarkan bahwa faktor penyebab inflasi lainnya adalah naiknya biaya produksi. Secara otomatis kenaikan biaya produksi berakibat terhadap naiknya harga komoditas tersebut.