Membangun Kesadaran budaya Ekonomi di Kota Istimewa

148

wartapriangan.com, KISAH KITA. Gerimis hujan mulai berhenti menyambut kedatangan saya tiba di Kota Banjar setelah melakukan perjalanan dari Bandung menggunakan KA Argo Wilis. Padahal dari semenjak naik di Statsion Bandung, hujan tak hentinya mengguyur kota kembang itu. Kondisi tubuh lelah, pikiran sudah tidak konsentrasi lagi untuk berpikir normal, karena malam itu saya telah menjalankan proses kehidupan sebagai mahasiswa S2 tingkat akhir di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Rasa lelah pun terbayar dengan peringatan bahwa perjalanan KA sudah hampir sampai ke kota tujuan tempat saya tinggal.

Adalah Kota Banjar sebuah daerah yang terletak di perbatasan dua provinsi yakni Jawa Barat dan Jawa Tengah serta kota perlintasan pariwisata Pantai Pangandaran. Saya pun menyebutnya kota istimewa karena memiliki banyak keunikan. Sesampainya di Statsion KA Banjar, saya berniat untuk berjalan kaki menuju rumah. Setelah saya turun dari KA, kemudian kaki ini berjalan menyusuri trotoar menuju ke kawasan Jalan Letjen Suwarto.

Kaki mulai melangkah melewati lorong gelap sekitar Jembatan Viaduct yang usianya seumuran dengan kemerdekaan Indonesia. Tak jauh dari jembatan itu, terlihat bangunan ruko berderet tak ada manusia yang beraktifitas berdagang, padahal bila siang hari kawasan ruko Letjen Suwarto kerap dikunjungi masyarakat yang melakukan aktifitas perekonomian. Ya, jalan Letjen Suwarto ini terkenal sebagai kawasan pusat ekonomi dan jajanan masyarakat di Kota Banjar.

Perut kosong dan dinginya angin malam menambah rasa lapar saya. Terlihat ada suatu ruko yang masih buka. Ternyata, mie ayam Mas Yoyo. Seperti mendapat tenaga, langkah kaki saya pun terus dipacu untuk menghampiri dan membeli semangkuk Mie Ayam tersebut. Tidak lama saya memesan seporsi mie ayam pangsit Mas Yoyo, hidangan pun sudah tersedia. Dalam hati saya berucap, mie ayam ini tak kalah enaknya dengan mie ayam Cipaganti Bandung yang banyak digandrungi kaum milenial sebagai jajanan kaki lima disekitar jalan menuju Setiabudi.

Lanjutan (Page 2)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.