Tantangan Ketersediaan Dan Stabilitas Harga Beras Bagi Pemerintah

145

Perbandingan Harga Beras Tahun 2018 dan Tahun 2019 Berdasarkan Surplus

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, Indonesia merupakan surplus beras. BPS mencatat,  luas panen tahun 2018 mencapai 10,9 Juta Ha. Berdasarkan hitungan ini diperkirakan produksi Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 56,54  Juta ton  atau setara dengan 32,42 Juta ton beras. Sedangkan untuk konsumsi beras selama tahun 2018 sebesar 29,6 Juta Ton sehingga terjadi kelebihan sebesar 2,8 Juta ton.

Surplus 2,8 Juta ton, artinya produksi berlebih dan melimpah dibandingkan konsumsi. Data itu merupakan hasil perhitungan secara kumulatif, sebab data konsumsi beras memang stabil setiap bulannya sekitar 2,27 Juta ton hingga 2,51 Juta ton, di sisi lain produksi beras setiap bulan fluktuatif. Selain itu, angka surplus beras  juga tidak sepenuhnya terpusat. Surplus beras tersebar ke berbagai titik yakni ke rumah tangga produsen, rumah tangga konsumen, pedagang, penggilingan, hotel, Bulog dan sebagainya.

Surplus beras belum cukup memberikan  angin segar. Stabilitas harga beras juga perlu dijaga. Beras masih berkontribusi besar terhadap tingkat kemiskinan. Harga beras yang tidak stabil dan cenderung naik, berpengaruh terhadap peningkatan angka kemiskinan.

Catatan BPS tingkat nasional, pada bulan Januari 2019 rata – rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp. 10.111 per Kg, naik sebesar 2,98% dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan kualitas medium sebesar Rp. 9.903 per Kg atau naik sebesar 1,06%. Adapun beras kualitas rendah sebesar Rp. 9.536 per Kg, naik 1,10%.

Namun demikian jika dibandingkan Januari 2018, rata – rata harga beras di penggilingan pada Januari 2019 untuk semua kualitas mengalami penurunan. Kualitas premium turun sebesar 2,31%, medium turun sebesar 2,69%, dan kualitas rendah turun sebesar 2,62%. Secara umum sepanjang tahun 2018, harga beras relatif stabil.

Tantangan ke depan akan semakin berat mempertahankan ketersediaan beras yang cukup. Demikian  pula menjaga stabilitas harga beras. Hal ini terkait semakin meluasnya alih fungsi lahan, dan menurunnya daya tarik penerus petani padi. Oleh sebab itu, perlu upaya bersinergi dari semua pemangku kepentingan untuk tetap bisa swasembada pangan.

Yadi Suryadiningrat, SE, fungsional Statistisi BPS Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Yadi Suryadiningrat, SE

(Penulis adalah Fungsional Statistisi BPS Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses