Nikmatnya Kopi Buatan Barista Cantik Kota Bandung

214

wartapriangan.com, BERITA BANDUNG: Menjadi seorang barista harus memiliki keterampilan khusus dalam menyajikan kopi. Dari takaran air, racikan rasa, ini perlu memiliki keahlian khusus bagi para barista.

Dunia kopi selalu identik dengan kaum laki-laki, tak heran di berbagai sudut kedai kopi banyak barista-barista di dominasi oleh kaum pria. Namun bagi dua orang barista cantik kedai kopi Huung Cool Komplek Perumahan Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung ini, menjadi sebuah tantangan sendiri bagi mereka.

Egis Rahma (21) dan Mutiara Gitani (21) mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan Seni Rupa ini memiliki pengalaman sendiri saat menjadi sorang barista. Mereka memiliki kesamaan dalam cara pandang bila kaum perempuan pun bisa menjadi seorang barista seperti pria. Lembut dan lentiknya tangan gadis ini mampu menciptakan seduhan kopi yang pas untuk dinikmati.

“Menjadi barista kopi tantangan bagi saya. Ada kepuasan sendiri saat para penikmat kopi bisa menerima hasil racikan kopi buatan secara manual,” ungkap Egis pada wartapriangan.com, Kamis (28/02/2019).

Egis Rahma (21) dan Mutiara Gitani (21) Barista Cantik Kota Bandung (Foto: SH)

Meskipun dirinya menjadi seorang barista kopi bukan pekerjaan mudah, namun bagi gadis asal Cirebon tersebut tak kenal kata menyerah untuk terus belajar meracik kopi sesuai keinginan konsumen. Dia pun mengakui menjadi barista itu harus memilki ketekunan khusus.

“Awalnya sih takut salah saat pertama kali saya bekerja menjadi barista di kedai kopi Huung Cool ini. Karena ini menjadi tantangan saya, maka setiap hari saya belajar mengenal karakter kopi hingga bisa bagiamana meracik kopi manual sesuai selera konsumen,” kata dia.

Senada dengan Egis, Mutiara Gitani (21) gadis cantik asal Ciamis ini pun mengungkapkan hal yang sama. Dia banyak belajar mengenal jenis kopi dan meramu, meracik berbagai jenis kopi setelah bekerja menjadi barista di kedai kopi Huung Cool. Bahkan dia berniat untuk membuka kedai kopi di Ciamis setelah dirinya mampu menguasai berbagai racikan kopi.

“Kalau sekolah kan mahal, bisa mencapai puluhan juta. Disini selain saya mencari uang, juga belajar menjadi barista,” terang Mutiara.

Meskipun keduanya berstatus mahasiswi, mereka tidak meninggalkan kewajibanya sebegai seorang akademisi. Egis dan Mutiara menjawab kesetaraan gender dalam dunia barista. Tak hanya kaum laki-laki yang mengandrungi barista, perempuan pun memiliki peluang besar untuk menjadi seorang barista. (SH)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.