DKKB: Menyelamatkan Bonus Demografi Indonesia dengan Budaya Literasi
wartapriangan.com, BERITA BANJAR: Wakil Ketua II Dewan Kebudayaan Kota Banjar (DKKB), Syarif Hidayat mengapresiasi gerakan budaya literasi yang diinisiasi oleh Ruang Baca Komunitas (RBK). Menurut dia budaya literasi merupakan upaya penyelematan generasi emas Indonesia 2045.
“Seperti yang sering saya katakan berbasarkan penelitian para pakar ahli, Indonesia akan mendapat bonus demografis pada tahun 2030 hingga 2045. Dimana usia produktif akan lebih banyak dibandingkan usia lanjut,” ungkapnya, Minggu (19/05).
Syarif menjelaskan pada 2030 angkatan usia produktif (15-64 tahun) diprediksi mencapai 68% dari total populasi dan angkatan tua (65+) sekitar 9%. Sedangkan, usia emas Indonesia di 2045 presentase angka usia produktif turun jadi 66% dan justru angkatan tua meningkat menjadi 14%. Artinya, Indonesia memiliki peluang penuh produktifitas generasi muda hingga pada tahun 2045.
Apabila bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan meningkatkan dan menumbuhkan produktifitas generasi muda dengan gerakan budaya literasi, maka bagi dia ini dikhawatirkan akan menjadi kendala dalam mewujudkan generasi emas 2045. Maka demikian, seluruh unsur masyarakat harus berperan penting dalam upaya bersama dalam gerakan budaya literasi.
Baca Juga: Mengupas Makna Literasi Dengan “Ngobras”
“Terutama di Kota Banjar. Budaya literasi ini harus semakin diberikan perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan hanya pemerintah saja, melainkan swasta pun harus mulai terjun langsung dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Itu pun kalau memang bonus demografi ini dianggap penting dan ada niat untuk menyelamatkan generasi emas dari kebutaan literasi,” tegas Syarif yang juga mahasiswa Pascasarjana UPI tingkat akhir itu.
Dia menyampaikan melalui Dewan Kebudayaan Kota Banjar, dirinya akan memperjuangkan hak setiap bangsa atas budayanya. Karena menurutnya, budaya itu lebih menekankan pada cara pandang, daya cipta, karsa dan rasa suatu masyarakat sebagai jati diri indentitasnya. Dewan Kebudayaan Kota Banjar sebagai wadah untuk menuangkan pemikiran dan gagasan, menjaga, melindungi, melestarikan, memanfaatkan dan mengembangkan objek pemajuan kebudayaan harus saling memegang erat tangan, bergotong royong memiliki visi kedepan untuk kepentingan bangsa secara hakikat.
“Gerakan literasi di Kota Banjar merupakan budaya yang harus mengakar pada struktur sosial masyarakat. Optimisme budaya literasi itu saya rasakan setelah gerakan literasi di Banjar terus bergerak secara massif dan teroganisir. Terlihat para aktivis mahasiswa terus melakukan ruang dialog komunitas, siswa dan guru di Kota Banjar sudah banyak menerbitkan buku, ini adalah benih tumbuhnya masyarakat Banjar yang lebih literat,” pungkas dia. (Syahid/WP)