Menakar Optimisme Sektor Pertanian di Ciamis
wartapriangan.com, OPINI. Sektor pertanian masih menjadi unggulan di Kabupaten Ciamis. Sektor pertanian merupakan penyerap terbesar tenaga kerja, juga penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun demikian, perkembangan sektor pertanian sampai saat ini terus mengalami penurunan. Setidaknya karena terus berkurangnya lahan pertanian dan menyusutnya jumlah rumah tangga serta usaha di bidang pertanian.
Maraknya bisnis properti dalam kurun 10 tahun terakhir banyak mengambil lahan – lahan produktif pertanian, juga untuk pengembangan lahan industri dan fungsi lahan lainnya. Menyusutnya lahan pertanian berakibat berkurangnya rumah tangga pertanian. Rendahnya daya beli petani menjadikan sektor ini tidak menarik untuk digeluti.
Kontribusi PDRB sektor pertanian dalam kurun lima tahun terakhir terus menurun. Tahun 2013, kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertanian tercatat 26,92 persen. Di akhir tahun 2017 kontribusinya berkurang menjadi 23,64 persen. Penyebab penurunan diantaranya berkurangnya luas lahan pertanian. Juga akibat lambatnya kenaikan harga komoditas pertanian dibandingkan harga komoditas di luar pertanian. Merujuk data hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013), rumah tangga pertanian turun rata – rata 2,12 persen per tahun. Tahun 2003 jumlah rumah tangga pertanian sebanyak 349.461 rumah tangga.
Sepuluh tahun kemudian tahun 2013 berkurang menjadi 275.431 rumah tangga. Dilihat dari kelompok umur petani sebanyak 45,36 persen berusia di atas 55 tahun (Hasil ST2013). Data tersebut menggambarkan petani di Kabupaten Ciamis umumnya petani tua. Dari sisi kepemilikan/penguasaan lahan lebih dari 70 persen petani hanya memiliki/menguasai tanah di bawah 0,5 hektar. Maknanya mayoritas petani di Kabupaten Ciamis merupakan petani gurem.
Menjadi petani tak lagi diminati oleh generasi muda saat ini. Sektor perdagangan, jasa dan transportasi lebih diminati dibanding menjadi petani. Daya beli sektor pertanian yang masih rendah menjadi kendala sehingga menggerus minat berusaha di sektor ini. Dalam jangka panjang kondisi ini akan menjadi ancaman dalam ketahanan pangan. Ketergantungan impor di masa depan akan semakin meningkat.