MD & FPI: “Jangan Terjebak Misi Pemurtadan Berkedok Budaya ala Dedi Mulyadi”
wartapriangan.com, BERITA JAWA BARAT. “Jangan terjebak misi pemurtadan berkedok budaya!@”
Pernyataan di atas dikeluarkan oleh para tokoh Islam Purwakarta yang terhimpung dalam Majelis Dakwah (MD) Manhajus Sholihin pimpinan KH. Muhammad Syahid Joban dan Front Pembela Islam (FPI) Jawa Barat. Dua pihak ini adalah yang melaporkan Dedi Mulyadi yang saat ini menjabat Bupati Purwakarta ke Polda Jabar, atas tuduhan penistaan agama.
Dalam pernyataan yang diterima Warta Priangan itu, secara tegas mereka menghimbau masyarakat untuk tidak terjebak oleh misi pemurtadan berkedok adat dan budaya Sunda yang selama ini terindikasi dilakukan oleh Dedi Mulyadi. Bersama pernyataan itu, MD dan FPI juga menyertakan beberapa bukti berupa pernyataan-pernyataan Dedi yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam.
Yang lumayan jadi fokus MD dan FPI salah satunya adalah pernyataan Dedi yang mengulas adanya sebuah dogma yang berkembang bahwa islam itu akan kaffah (sempurna/menyeluruh) kalau seseorang menjadi Arab. Kalau seperti itu –menurut Dedi—maka Alloh salah menakdirkan seseorang menjadi orang Sunda, orang Jawa, Makassar, dsb.
Dedi juga mengatakan, jika konteks islam lebih pada penyerahan diri (bukan aspek simbolis saja), maka menurutnya orang Sunda lah yang paling islam, karena orang sunda itu paling menyerah (berserah –red).
Pemikiran-pemikiran di ataslah yang dijadikan spirit oleh Dedi. Bagi Dedi, dengan menjadi Sunda yang sebenarnya, maka itu berarti menjadi Islam yang sebenarnya. Entah dalam konteks guyon atau serius, Dedi bahkan berani menyatakan: “Urang Sunda boga hak asup surga pangheulana!” (Orang Sunda memiliki hak masuk syurga paling awal). Pernyataan ini dianggap telah mengoreksi ketetapan Alloh SWT tentang siapa prioritas masuk syurga.
Pemikiran Dedi lainnya yang mendapat sorotan kuat adalah tentang Islam adalah Budaya. Menurut pandangan MD dan FPI, Islam tidak bisa disejajarkan atau dimaknai sebagai budaya, karena sumber lahirnya Islam dan Budaya itu berbeda. Islam lahir dan bersumber langsung dari Alloh SWT, sementara budaya lahir dari pemikiran dan perilaku manusia.
Intinya para pelapor Dedi yang kemarin datang ke Polda Jabar mensinyalir adanya upaya membenturkan adat budaya dengan syariat dan agama, sekaligus provokasi antara suku dan ras.
Dalam rilis yang diterima Warta Priangan, MD dan FPI menegaskan sangat menghargai adat dan budaya selama tidak bertentangan dengan syariat islam. Bahkan FPI mengajak untuk merawat Adat dengan Syariat, menjaga Budaya dengan Agama. MD dan FPI juga menegaskan, mustahil melecehkan suku Sunda, karena MD dan FPI di Jawa Barat khususnya pun mayoritas suku Sunda. Begitupun pada Ormas maupun LSM, MD dan FPI tidak mencari musuh.
Namun demikian, dalam paragraf penutup rilis tersebut ditegaskan, jika ada pihak yang berani dan siap mati untuk memperjuangkan pemurtadan dan kemusyrikan, maka pada hari ini kami tegaskan bahwa kami lebih siap mati untuk membela Alloh dan Rasulnya. (Senny Apriani/WP)
Baca juga:
Tokoh Agama & Pimpinan Pesantren Laporkan Bupati Purwakarta ke Polda Jabar
kalo sudah tau pemimpinnya seperti itu, di kudeta aja…