Keren! Kerajinan Asal Tasikmalaya Ini Sudah Tembus Pasar Eropa

126

wartapriangan.com, BERITA TASIKMALAYA. Dalam menghadapi pasar bebas di Negara ASEAN atau lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), pengrajin souvenir dari kayu dan bambu di Tasikmalaya, Jawa Barat, akan membuat inovasi baru, terlebih jenis kerajinan tersebut sudah tembus eksport ke berbagai negara di Eropa, Australia dan Korea.

Kepada Warta Priangan, mereka mengaku tidak takut menghadapi persaingan bebas. Bahkan kini salah satu designer, juga pembeli dari Negara Denmark, mendatangi langsung pengrajin untuk memesan hasil karyanya.

Pengrajin souvenir dari bambu dan kayu yang berada di Jalan Leuwi Anyar, Kota Tasikmalaya, menyatakan kesiapannya untuk menghadapi persaingan pasar bebas di Negara ASEAN.

Foto: Andri/WP
Foto: Andri/WP

“Mau ga mau ya kita sebagai pelaku bisnis harus siap. Inovasi yang pertama dari bentuk material dan karyanya sendiri itu mengikuti trend yang ada saat ini,” kata Rijki, salah satu pegrajin souvenir dari kayu dan bambu di Kota Tasikmalaya.

Hasil kerajinan tangan Rijki memang sudah tersohor di Negara Eropa, maka dia tidak takut menghadapi persaingan bebas di Negara ASEAN. Selain itu, karena Indonesia mengandalkan kerajinan tangan yang tidak ada di negara lain.

Menurutnya, sangat banyak potensi dari kerajinan Indonesia. Dan banyak sumber daya alam yang sangat bagus seperti kayu, batu, bambu dan saat ini masih dikerjakan dengan tangan.

“Kebanyakan kerajinan tangan, tapi saya yakin potensi untuk berkembang dari kerajinan tangan asli Indonesia ke teknologi modern dan produk modern besar,” sambung Rijki.

Ia menceritakan, kayu-kayu dirancang untuk dibuat souvenir, seperti pajangan hiasan, boneka kayu, pot tanaman kaktus dari kayu jati, serta berbagai macam kerajinan lainnya.

“Memang setelah jadi, hasilnya terlihat sangat unik dan bagus, apalagi ditambah ornamen warna yang mencolok, sehingga wajar jika kerajinan tangan ini bisa menembus pasar Eropa, Asia, dan Australia,” ungkapnya.

Dia mengakui, dalam sebulan, omset penjualan kerajinan dari kayu dan bambu tersebut minimal Rp 20 juta. “Itu, belum termasuk dari ekspor yang rutin ke Eropa dan lainnya,” tukasnya. (Andri/WP)

Berita lainnya

Beri komentar

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.